2.1.
lafad dan Terjemah
Q.S. Al-Isro
ayat 23-24 pada prinsipnya menjelaskan tentang tata kerama Anak terhadap orang
tua. Surat ini termasuk surat Makiyah yang terdiri dari 111 ayat, surat ini
dinamakan juga dengan surat Bani Israil, karena menerangkan tentang kebiasaan
dan penghancuran Bani Isra’il. Adapun kajian dalam penelitian ini memusatkan
pada ayat 23-24 yang berbunyi:
* 4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.(23)
dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(24)
2.2. Arti Mufrodat
y(7/uÓ|Ós%ur)
: memberi keputusan dan perintah
($·Z»|¡ômÎ)ûøït$Î!ºuqø9$Î/ur) : berbuat baik kepada orang tua
(!7e$é&$yJçl°;@à)s?xsù ) : Jangan katakana kepada mereka (orang tua)
($yJèdöpk÷]s?wur) : Janganlah kamu membentak mereka
(Zwöqs% $VJÌ2$yJßg©9@è%ur) : Katakan
kepada mereka (orang tua) dengan
(ÉeA%!$#ôy$uZy_$yJßgs9ÙÏÿ÷z$#ur) : Merendahkan sayap terhadap
orang tua.
($yJßg÷Hxqö$#Éb>§@è%ur ) : Katakanlah: Wahai Tuhanku!
Kasihinilah mereka
(#ZÉó|¹ÎT$u/u$yJx.) :
Sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil
2.3. Munasabah
Munasabah
menempati porsi yang sangat penting
dalam tafsir, hal ini juga tentunya sangat menentukan dalam pemaknaan ayat
lebih lanjut. Dimana fungsi munasabah sendiri adalah meninjau korelasi antara
suatu ayat terhadap ayat sebelum dan sesudahnya atau antara suatu surat
terhadap surat sebelum dan sesudahnya. Mengigat Al-Qur’an adalah kitab yang
tersusun dan teratur serta terjaga kelestariannya sepanjang masa, maka dalam
penafsiran makna kandungannya tidak terlepas dari ketersesuaiannya antar ayat
atau surat di dalamnya.
Sedangkan
pengertian munasabah sendiri adalah “secara etimologi bermakna “berdekatan” (muqorobah). bila
kita mendengar kata yunaasib fulan bi fulan, maksudnya adlah kemiripan antara
kedua fulan itu, sehinnga sulit untuk dibedakan antara keduanya. Akan tetapi
istilah munasabah yang dimaksud oleh pakar tafsir adalah format hubungan antara
beberapa kalimat dalam satu ayat yang sama atau antara ayat dan ayat dalam ayat
yang berbeda beda”.(Rosidin Anwar,2009:144).
Dalam penelitian
ini, yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat
A-Isro ayat 23-24, munasabah yang perlu dikaji adalah munasabah antara
surat Al-Isro dengan surat An-Hahl dan surat Al-Kahfi serta ayat sebalum dan
sesudah ayat 23-24.
1.
Munasabah Surat
Dalam surat al-Isra’ persesuaiannya dengan
sebelumnya, yaitu surat an-Nahl:
a. Kedua
surat tersebut sama-sama menerangkan tentang ketuhana serta keesaan Allah, karena awal surat
al-Isra’ diawali dengan kata Subhana yang berarti Maha Suci Allah.
b. Surat
an-Nahl secara global menerangkan tentang kehendak manusia dalam konteks iman,
kufur, hidayah dan kesesatan, sedang dalam surat al-Isra’ menerangkan mengenai
Bani Israil mengenai Isra’nya Nabi Muhammad saw.
c. Surat
al-Nahl menyebutkan mengenai soal interaksi sosial, seperti ihsan yang
merupakan penutup dari surat tersebut, sedangkan dalam surat al-Isra’
menyinggungnya pula.( M. Quraish Shihab,2007,Vol 7:175-177).
d. Keduanya
sama menjelaskan tentang kesempurnaan kuasa Allah dan keluasan ilmu-Nya, di
mana surat an-Nahl sebagai pengantar dalam surat al-Isra’ yang mana lebah
(makna dari an-Nahl) melukiskan keajaiban ciptaan-Nya sebagai pengantar
perbuatan-Nya dalam peristiwa Isra’ Mi’ra’ Nabi Muhammad saw.
Adapun
persesuaian surat al-Isra’ dengan surat sesudahnya yaitu, surat al-Kahf:
a. Surat
al-Isra’ menerangkan ajakan menuju ke hadirat Allah swt, dan meninggalkan
selain-Nya, adapun dalam surat al-Kahf juga mengandung ajakan menuju
kepercayaan yang haq dan beramal sholeh melalui pemberitaan yang menggembirakan
dan peringatan.
b. Surat
al-Isra’ banyak mengulang kata Subhana yang memaparkan tentang keesaan
Allah dari segala bentuk persekutuan, sedang dalam surat an-Nahl menggambarkan
betapa al-Qur’an merupakan satu kitab yang bisa mencegah manusia
mempersekutukan Allah. Surat al-Isra’
menerangkan bahwa Allah memberi suatu keutamaan siapa yang dikehendaki-Nya
serta melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya, sedangkan dalam surat an-Nahl
menceritakan secara haq dan benar berita sekelompok manusia yang telah
dianugerahi keutamaan pada masanya.
c. Surat
al-Isra’ menguraikan kisah yang bisa diambil hikmahnya mengenai suatu akidah,
dalam surat al-Kahf juga menjelaskan tentang akidah yang benar melalui
pemaparan kisah-kisah yang menyentuh.(M. Quraish Shihab , Vol. 8:3-4).
2.
Munasabah Ayat
Dalam
Q.S. al-Isra’ ayat 23-24 mempunyai munasabah dengan ayat sebelum dan sesudahnya,
yaitu ayat 22 dan 25 yang berbunyi:
w ö@yèøgrB yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä yãèø)tGsù $YBqãBõtB Zwräø¤C ÇËËÈ
Artinya:
“Janganlah kamu adakan
Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak
ditinggalkan (Allah)”.(Q.S. al-Isra’/17:22).
ö/ä3/§ ÞOn=÷ær& $yJÎ/ Îû ö/ä3ÅqàÿçR 4 bÎ) (#qçRqä3s? tûüÅsÎ=»|¹ ¼çm¯RÎ*sù tb%2 úüÎ/º¨rF|Ï9 #Yqàÿxî ÇËÎÈ
Artinya:
“Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orangorang yang baik, Maka Sesungguhnya dia Maha
Pengampun bagi orangorang yang
bertaubat”. (Q.S. al-Isra’/17: 25)
Munasabah ini
berbentuk persambungan dengan cara diathafkannya antara ayat 22 dan 23 dengan
menggunakan huruf athaf, yaitu wawu (و
) Kemudian ayat 24 dan 25 disambungkan dengan lafadz rabbukum ( ربكم
) yang merupakan bentuk jawaban dari ayat sebelumnya (22-24). Kesesuaian
isi dan kandungan dari keempat ayat tersebut adalah ayat 22 menjelaskan tentang
dilarang mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Ayat 23-24 menerangkan
mengenai keputusan dan perintah untuk tidak menyembah Tuhan selain Allah dan
berbuat baik dari segi perkataan maupun perbuatan terhadap orang tua. 7Ayat
25 menjelaskan tentang keikhlasan dan niat baik manusia untuk menghambakan diri
kepada Allah dan berusaha patuh dan hormat secara tulus kepada orang tua,
karena Allah mengetahui apa yang terbetik di hati manusia.
2.4.
Telaah Para Mufassir Terhadap Isi Kandungan Surat Al-Isra Ayat
23-24
Telaah
para mufassir sangat menentukan sebagai acuan dalam memahami isi dan kandungan
ayat. Berikut ini telaah para Mufassir tentang isi dan kandungan surat Al-Isra
ayat 23-24:
1.
M.
Quraish Shihab (Tafsir Al-Mishbah)
Kewajiban
pertama dan utama setelah kewajiban mengesakan Allah dan beribadah kepada-Nya
adalah berbakti kepada kedua orang tua. Kata احسانا mengandung dua hal, pertama memberi nikmat kepada orang lain
dan kedua perbuatan baik, oleh karena itu kata “ ihsan” lebih
luas maknanya tidak hanya memberi nikmat atau nafkah. Dalam surat al-Isra’ وبالوالدين
احسانا , menggunaka kata penghubung huruf ( ب ) ba ketika menjelaskan tentang berbakti kepada kedua orang
tua. Akan tetapi dalam bahasa membenarkan penggunaan li yang berarti untuk
dan ila yang berarti kepada. Penggunaan kata penghubung ila menurut
ahli pakar bahasa mengandung makna jarak, sedangkan Allah tidak menghendaki
adanya jarak, meskipun sedikit hubungan antara anak dan orang tua. Anak selalu harus
mendekat dan merasa dekat kepada kedua orang tua, bahkan diperintahkan untuk
melekat kepada mereka. Hal ini mengandung arti ( انصاق) ilshaq, yang berarti kelekatan.
Dengan kelekatan ini, maka bakti diperintahkan kepada anak kepada orang tuanya
dan pada hakikatnya untuk kebaikan sang anak sendiri. ( M. Quraish Shihab, 2002:444).
Bentuk ihsan (bakti) kepada orang tua yang diperintahkan
agama Islam adalah bersikap sopan dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat
kebiasaan masyarakat, sehingga terciptanya keharmonisan dan terpenuhi segala
kebutuhan kedua orang tua. Kata (اما يبلغن عندك الكبر احدهما اوكلاهما)
menekankan bahwa keadaan apapun orang tua, masih lengkap dengan ibu bapak atau
tinggal satu harus mendapatkan perhatian dari anak. Kebiasaan orang tua yang
sudah mencapai usia lanjut meniru seperti anak kecil, dengan ini anak lebih memperhatikannya
dengan baik tidak menghina atau mengeluarkan katakata yang tidak
sopan tetapi bersikap lemah lembut kepada orang tua.
كريما ) ( kariman diartikan sebagai mulia. Maksudnya adalah apa yang disampaikan
kepada orang tua tidak hanya benar dan tepat atau yang sesuai dengan adat
kebiasaan yang baik dalam suatu masyarakat, tetapi harus yang terbaik dan
termulia. ( M. Quraish Shihab, 2002:445).
nupadA جنا ح , yang berarti sayap. Artinya diibaratkan
dengan burung ketika mendekat dan bercumbu kepada pasangannya, sayapnya merendah
dan merangkulnya, dengan tujuan terhindarnya suatu bahaya yang akan menimpanya.
Kata (الذلّ ), yang berarti
kerendahan. Hal ini burung mengembangkan sayapnya untuk melindungi dari sebuah ancaman.
Dalam lingkungan anak diperintahkan untuk merendah diri kepada orang tua dengan
didorong penghormatan dan rasa takut melakukan hal yang tidak sesuai dengan
kedudukan kedua orang tua. Sedangkan كما
ربياني صغيرا ) ) , menuntun anak agar supaya mendo’akan
kepada kedua orang tua. Dalam hal ini keadaan orang tua masih hidup atau telah
meninggal dunia. Dan orang tua
menganut agama Islam dan tidak mempersekutukan Allah. Meskipun dari pihak anak terkadang
masih sulit untuk menerima larangan tersebut, tetapi al-Qur’an tidak
membolehkan dari orang tua yang meninggal dalam keadaan musyrik mendapatkan
do’a dari anak. ( M. Quraish Shihab, 2002:446).
2.
Imam Jalil
al-Hafidh (Tafsir Ibnu
Katsir)
a.
$·Z»|¡ômÎ)ûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur,
yaitu
اي وامر بالوالدين إحسانا (ابن
كثـير: 373 )
Artinya:
Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang
tua
b.
$VJÌ2 wöqs% $yJßg©9 @è%ur$yJèdöpk÷]s?wur 7e$é& !$yJçl°; @à)s?xsù,
yaitu:
اي
لا تسمعهمـا قـولا سيئــا حتى ولا التـأفف الذي هو ادنى مراتـب القول السيئ
ولايصـدر منـك اليهما فعل قبيح, ولا تنفض
يدك عليهما وبان تقولوا للـوالدين لينّـا طيبّـا حسنا بتــأدب وتوقيـر وتعظيم (ابن كثـير: 373 )
Artinya:
Janganlah kamu memperdengarkan kepadanya kata-kata yang jelek
apalagi kata-kata uff karena kata-kata tersebut serendah rendahnya kata yang
jelek dan janganlah kamu memperlihatkan perilaku yang jelek kepadanya, dan janganlah
kamu membiarkan keduanya dan hendaklah kamu katakan kepada kedua orang tua
dengan perkataan yang baik dan lemah lembut dengan beradab dan mengagungkannya.
c.
pyJôm§9$#Ée z`ÏB A%!$#y$uZy_ ô$yJßgs9ÙÏÿ÷z$#ur,
yaitu
اي
التـواضع لهمــا بفعـلك
(ابن كثـير: 373 )
Artinya:
Bertawadhu’ kepada
kedua orang tua dengan perbuatanmu
d.
#ZÉó|¹ÎT$u/u $yJx. $yJßg÷Hxqö$# >§ @è%ur, yaitu:
اي ان يدعوهمـافي كبيرهمـا وعند وفاتهما
(ابن كثير: 373 )
Artinya:
Mendo’akan kedua orang
tua kepada Allah pada saat tua dan telah meninggal dunia.
3.
Wahbah az-Zuhaili (Tafsir Al-Munir)
a. $·Z»|¡ômÎ)ûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur, yaitu
اي و
بأن تحسـنوا لهما احسـانا بأن تبرّواهـما لأنهما سبب الظا هر للوجـود والمعيشة.
(تفسير المنير\2\50)
Artinya:
Berbuat baiklah kepada kedua orang tua dengan sebaikbaiknya karena keduanya
adalah sebab adanya yang Nampak untuk wujud dan hidup.
b.
$VJÌ2 wöqs% $yJßg©9 @è%ur$yJèdöpk÷]s?wur 7e$é& !$yJçl°; @à)s?xsù,
yaitu
اي لا تقل للوالدين افّ وهو اسم صوت يدلّ على تضجر
والاشتـقال اي تبا وقبحـا ولاتـزهمــا بالزجر بغلظة ولكـن قل لهما قولا جميــــلا
وليّنا. (تفسير المنير\2\50)
Artinya:
Jangan katakan kepada kedua orang tua dengan kata-kata uf, adapun uf adalah
kata yang menunjukkan kebosanan dan kejengkelan.
c.
ÏpyJôm§9$#Ée z`ÏB A%!$#y$uZy_ ô$yJßgs9ÙÏÿ÷z$#ur,
yaitu
الن لهما جناحك الذليل (التواضع و التذليل) وحسن الرعاية
والعنـا ية شبه الذلّ بالطائر ذي جناح وهذه الإشتعارة في الشفقة والرحمة بهما. (تفسير المنير\2\50)
Artinya:
Bersikaplah lemah lembut kepada kedua orang tua (tawadhu’
dan merasa rendah dihadapan keduanya) dan baik pemeliharaannya dan juga
bersunggh-sungguh, rendah itu disamakan dengan burung yang mempunyai sayap, hal
ini adalah isti’arah dalam hal kasih sayang kepada kedua orang tua
d.
#ZÉó|¹ÎT$u/u $yJx. $yJßg÷Hxqö$# >§ @è%ur, yaitu
اي الرحمة مثل رحمتهما على
الولد. (تفسير المنير\2\50)
Artinya:
Kasih
sayang anak seperti kasih sayangnya kedua orang tua terhadap anaknya.
2.4 Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Surat
Al-Isro Ayat 23-24
Pada dasarnya
kandungan surat Al-Isro ayat 23-24 selain menajarkan tentang nilai-nilai tauhid
untuk sepenuhnya menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan selain
Dia, lebih dari itu, ayat ini berisi anjuran untuk
berbuat baik terhadap kedua orang tua (Birrul Walidain) dalam beretika
baik ucapan maupun perbuatan dalam keadaan dan kondisi apapun.
Meninjau dari ijtihad para ahli tafsir mengenai ayat ini, maka dapat
diketahui bahwa nilai-nilai pendidikan etika yang terkandung dalam ayat ini
adalah sebagai berikut:
1. Berbuat baik kepada orang tua
Sesuai dengan firman Allah swt:
$·Z»|¡ômÎ)ûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur
Artinya: “Dan berbuat baik kepada
kedua orang tua”.(Q.S. Al-Isro:23).
Berbuat baik kepada orang tua dikenal dengan sebutan birrul
walidain. Istilah “al-barr” meliputi aspek kemanusiaan dan pertanggung jawaban ibadah kepada
Allah. Dalam jalur hubungan kemanusiaan
dan tata hubungan hidup keluarga serta lingkungan masyarakat wajib dipahami bahwa kedua orang tua yaitu ayah
dan ibu menduduki posisi yang
paling utama. Namun demikian kewajiban ibadah kepada
Allah dan taat kepada Rasul tetap berada di atas hubungan horizontal
kemanusiaan. (Suharsono,2005:45).
Hal ini membatasi sikap batkti anak terhadap orang tua
selama tidak bertentangan dengan perintah Allah dan anjuran Rosul-Nya, Seperti
ketika orang tua memerintah kepada kesyirikan dan maksiat, maka anak wajib
menolaknya dengan halus. Hal ini merupakan bentuk dari sikap anak dalam memahami dan mengamalkan
ajaran Islam. Seperti yang terungkap
dalam al-Qur‟an surat al-Ankabut ayat 8, yaitu:
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ $YZó¡ãm ( bÎ)ur #yyg»y_ x8Îô³çFÏ9 Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïã xsù !$yJßg÷èÏÜè? 4 ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB /ä3ã¤Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya:
Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibubapaknya dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya
kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”.(Q.S. al- Ankabut/29 : 8).
Sebagaimana
diungkapkan pula oleh Syekh Khafidz Khasan Assuudy dalam kitabnya Taisirul
Kholak:
وان
يمتثل امرهما الا اذا كان بمعصيّة ( حافظ حسن السعوديّ: 6)
( Dan hendaknya seorang anak melaksanakan perintah kedua
orang tua kecuali ketika mereka memerintah kepada perbuatan maksiat).
Islam telah menggariskan kepada pemeluknya untuk berlaku
adil dan menghormati hak-hak orang lain sepanjang bukan menyangkut masalah
syirik, sekalipun orang tua yang musyrik, tidak boleh memutus hubungan
silaturrahim dan kekeluargaan. Ini menggambarkan pentingnya ajaran Islam dalam
menjaga keharmonisan keluarga. Karena dalam suka duka orang tua tetap berusaha
dengan segala kemampuan memelihara, mendidik dan menyayanginya sejak kecil
hingga dewasa. Oleh sebab itu, jelaslah alasannya mengapa berbuat baik kepada
kedua orang tua menempati porsi utama dalam Islam setelah taat kepada Allah dan
Rosul-Nya.
Adapun sebab lain yang menuntut kewajiban anak untuk
berbuat baik terhadap kedua orang tua adalah sebagai berikut:
وقد امر
الله باللإحســـان الى الوالدين بالأسباب اللآتية
( أ )
شفقهما على الولد وبذل الجهد في إصال الجهد الخيراليه وابعاد الضرّ عنه
(ب) انّ
الولد قطعة من الوالدين
(ج) انّهما
انعاما عليه وهو في غاية الضعف و نهاية الغجز فوجب ان يقابل ذلك بالشكر حين
كبرهما.
“Sungguh
Allah telah perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebab-sebab di bawah ini:
1. Karena orang tua
itulah yang belas kasih kepada anaknya, dan telah bersusah payah dalam memberikan kebaikan
kepada-Nya dan menghindarkan
bahaya.
2.
Bahwa anak merupakan belahan jiwa dari orang tua
3. Orang tua telah
memberi kenikmatan kepada anak, baik anak sedang dalam keadaan lemah atau tidak berdaya
sedikitpun. Oleh karena itu
wajib bersyukur telah memiliki orang tua yang telah memberikan apapun demi kebaikan
sang anak, di mana orang tua dalam keadaan sudah berusia lanjut”. (Ahmad Mustofa al-Maraghi dalam Hery Noer Aly, dkk , 1993:59).
Secara
khusus Allah SWT juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung,
menyusui, merawat dan mendidik sertamemelihara
anaknya. Allah SWT berfirman :
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
Artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu - bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah
yangbertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu”(QS al- Luqman/31 : 14).
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# wur (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) . . . .
Artinya:
“Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, ....”.
(QS.
An- Nisa/4 : 36)
Kemudian
bapak, sekalipun tidak ikut mengandung dan menyusui tetapi dia berperan yang besar dalam mencari
nafkah, membimbing, membesarkan dan mendidik
anaknya hingga mampu berdiri sendiri, bahkan sampai waktu yang tidak terbatas.
Berdasarkan
semuanya itu, tentulah sangat wajar, normal dan logis jika anak dituntut untuk berbuat kebaikan
sebaik-baiknya terhadap orang tua.
2.
bertutur kata
lembut dan bersikap santun
Sesuai
dengan firman Allah swt.:
$VJÌ2 wöqs% $yJßg©9 @è%ur$yJèdöpk÷]s?wur 7e$é& !$yJçl°; @à)s?xsù
Artinya:
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.(Q.S.
Al-Isro:23).
Kata uffin biasa diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan ah, hus atau kata-kata lain yang senada dengan itu. dimana
kata-kata tersebut mengandung ungkapan penghinaan, bentakan karena kejengkelan
hati yang mendalam, kata-kata ini tentunya tidak pantas diungkapkan terlebih
terhadap kedua orang tua yang budi jasanya tiada terbalas.
Kata uffin merupakan serendah-rendahnya
perkataan yang tercermin dari sikap tidak patuh dan tidak hormat kepada orang
tua. Dengan kata lain tidak ada sekecil apapun sikap tidak terpuji anak
terhadap kedua orang tua yang dapat ditolelir dalam Islam, baik dari segi perkataan
maupun perbuatan, sama sekali tidak ada. Berbuat baik kepada keduanya berarti
surga dan durhaka terhadap keduanya berarti neraka. Sebagaimana disabdakan
baginda Rosulullah saw:
(قال رحمه الله تعالى) حدثنا أبىو القاسم حدثنا فارس ابن مردويه
قال حدثنا محمّد ابن الفضل قال حدثنا أصرم ابن حوشب قال حدثنا عيسى ابن عبدالله عن
زيد ابن علي عن ابيه عن جدّه قال قال رسول الله ص.م. لو علم الله شيأ من العقوق
ادنى من افّ لنهى عن ذلك فليعمل العاق ما شاء ان يعمل فلا يدخل الجنّة و ليعمل
البارّ ما شاء فلا يدخل النار. (تنبيه الغافلين:43).
Artinya:
Mushanif (pengarang kitab) berkata: Abu Qosim bercerita
padaku, bahwa Faris bin Murdawiyah
berkata, bahwa Muhammad bin Fadol bercerita kepadaku, bahwa Ashrom bin Hausyab bercerita padaku, bahwa
Isa bin Abdullah bercerita kepadaku, dari Zaid bin Ali dari ayahnya dari
kakeknya berkata, bahwa Rosulullah saw bersabda : Jikalau Allah memberi tahu
suatu dosa dari dosa-dosa berani terhadap orang tua yang lebih rendah dari pada
berkata “uf” niscaya Allah pasti melarang hal itu. Maka, hendaklah
seorang yang berani terhadap orang tua melakukan apapun yang ia lakukan maka ia
tidak akan masuk surga. Dan hendaklah orang yang berbuat baik terhadap orang
tua melakukan apa pun yang ia kehendaki maka ia tidak akan masuk surga.
Dari hadist di atas, dapat dipahami bahwa
tidak ada toleransi sedikitpun terhadap tindakan berani terhadap orang tua,
baik melalalui ucapan maupun perbuatan, bahkan dengan ucapan yang paling rendah
sekalipun seperti perkataan “uf”, lebih-lebih sampai melontarkan
kata-kata kotor yang jelas itu menyakiti, apalagi sampai berani memukul.
Betapa pentingnya untuk senantiasa tidak
menyakiti kedua orang tua baik melalui ucapan maupun perbuatan, hingga Allah
menggariskan dengan tegas bagi seseorang yang berani kepada kedua orang tua
jaminannya adalah tidak akan masuk surga, sekalipun seumur hidupnya digunakan
untuk amal kebaikan. Begitu pula sebaliknya, bagi seorang yang berbuar baik
kepada kedua orang tuanya sekalipun ia dzolim, maka baginya adalah bebas dari
neraka.
3. bertawadu’ dan penuh kasih sayang
Sesuai
dengan firman Allah swt.:
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$#
Artinya:
”dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan”.(Q.S. Al-Isro:24).
Anak mempunyai kewajiban untuk bertawadhu’ kepada orang
tua melalui tindakan serta mendo’akan atas limpahan rahmat Allah pada saat
keduanya masih hidup maupun telah meninggal dunia.(Al-Hasyimi,2001:87).
kita semua maklum betapa susah payah kedua
orang tua mendidika putra-putrinya, menyekolahkan mereka dari tingkat rendah
sampai ke perguruan tinggi, mereka sangat bahagia dapat menyekolahkan anaknya,
apalagi saat anaknya diwisuda, mereka sama-sama meneteskan air mata tanda
kesyukuran ke hadirat ilahi. Pada saat ini
hilanglaah segala kesusahan mencari biaya pendidikan anak tersayangnya. Pepatah
mengatakan : tidak kayu jenjang dikeping, tidak emas bungkal diasah. Jiwa orang
tua adalah sangat murni, membahagiakan kehidupan hari esok bagi putra putrinya.
Akan bagaimanakah perasaan orang tua apabila kenyataan yang mereka hadapi jauh
dari harapan?. Mereka tidak mengharapkan balasan apa-apa, tidak balasan materi,
yang mereka harapkan tidak lain adalah tata adab sopan yang baik. (Syahidin dkk,2009:291).
Tidak diragukan lagi, cinta dan kasih orang tua terhadap
anaknya tiada berbanding, bahkan melebihi cinta mereka terhadap diri mereka
sendiri. Jerih payah mereka dalam bekerja semata untuk kebahagiaan dan masa
depan anaknya. Mereka begitu bangga ketika anaknya mendapat prestasi dan begitu
sedih ketika anaknya sakit. Kasih sayang yang seperti itu hanyalah mampu diberikan
oleh orang tua kepada anaknya. Maka, sudah menjadi kewajiban bagi seorang anak
untuk membalas jasa-jasa mereka dengan bakti dan tawadu’ yang penuh kasih
sayang serta iringan do’a untuk mereka.
Semua ini dilakukan seorang anak kepada orang tuanya
tidak semata untuk membalas budi jasa orang tua saja, tapi karena juga ada
ridlo Allah di sana. Sebagaimana yang disabdakan Rosulullah saw. Bahwa “Ridlo
Allah terletak pada ridlo kedua orang tua dan murka Allah terletak pada murka
orang tua”.
4.
Mendo’akan serta memohonkan
ampun kepada orang
tua baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal
Sesuai dengan firman
Allah swt.:
@è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹
Artinya:
“dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".(Q.S. Al-Isro:24).
Arti kata do’a adalah memohon atau meminta, yakni
memohonkan kepada Allah.
Dalam hal ini anak mendo’akan
kepada orang tuanya. Mendo’akan orang tua kepada Allah adalah
berisi permohonan agar amal perbuatan
orang tua diterima Allah dan dibalas berlipat ganda, juga mendapatkan tempat yang mulia di sisi
Allah. Adapun berdo’a memintakan ampun dosa-dosa orang tua
kepada Allah agar Allah memberikan
ampunan-Nya. Yang demikian anak yang mau mendo’akan orang
tua tergolong anak yang
Bakti kepada orang tua tentunya tidak cukup dibuktikan
dengan tutur bahasa lembut dan sikap
santun saja atau dengan ketaatan dzohir lainnya, akan tetapi perlu juga
diiringi dengan do’a rahmah (kasih sayang) dan maghfiroh
(permohonan ampun) untuk keduanya, baik ketika mereka masih hidup atau sudah
meninggal. Karena do’a anak sholeh kepada orang tuanya adalah amal ibadah yang
senantiasa mengalir pahalanya. Sebagaimana hadist rosulullah saw.
وروى العلاء ابن عبد الرحمنعن ابيه عن
ابي هريرة رضي الله عنه ان النبيّ صلى الله عليه و سلّم قال: اذا مات
ابن آدم انقطع عمله الاّ من ثلاث صدقة جاريّة او علم ينتفع به او ولد صالح يدعوله
بالمغفرة. ( تنبيه الغافلين\46 ).
Artinya:
Diriwayatkan oleh ula’ bin abdurrohman dari
ayahnya dari Abu Hurairoh, bahwa sesungguhnya Rosulullah saw. bersabda: ketika
anak adam meninggal maka terputuslah semua amal baiknya kecuali tiga perkara, yaitu: Shodaqoh
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang berdo’a untuknya dengan
memohonkan ampunan (maghfiroh).
Selain itu juga, ridlo orang tua tidak akan
terputus mengalir kepada anak sholeh
yang senantiasa mendo’akan mereka,
sekalipun mereka sudah meninggal dunia. Seperti halnya hadist Rosulullah yang
diriwayatkan oleh beberapa shohabat dibawah ini.
روي عن بعض الصحابة رضي الله تعالى عنه انّه قال : ترك الدعاء
للوالدين يضيّق العيش على الولد وهل يمكنه ان يرضيهما بعد وفاتهما قيل له بلى
يرضيهما بثلاثة اشياء اولها ان يكون الولد صالحا في نفسه لأنّه لا يكون شيء احب
اليهما من صلاحه والثاني ان يصلّ قرابتهما و اصدقاءهما والثالث ان يستغفر لهما
ويدعو لهما و يتصدّق عنهما. ( تنبيه الغافلين\46 ).
Artinya:
Diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa
Rosulullah saw. bersabda: meninggalkan
do’a untuk orang tua akan menyebabkan kesempitan pada kehidupan anak. Sahabat
bertanya “apakah mungkin orang tua dapat memberi ridlo setelah meninggal?”.
Rosul menjawab “tentu” otang tua dapat memberi ridlo karena tiga perkara,
yaitu: pertama, hendaknya anak adalah anak sholeh bagi dirinya sendiri, kerena
tidak ada sesuatu apapun yang paling disukai orang tua selai kesholehan anak.
Kedua, hendaknya anak menyambung silaturrohmi dengan para kerabat dan
temen-temen mereka berdua. Ketiga, hendaknya anak memohonkan ampun, berdo’a,
dan bersedekah untuk keduanya.
Jelaslah sudah, bahwa kewajiban anak untuk berbakti kepada orang
tua tidak hanya sebatas ketika mereka masih hidup saja, akan tetapi do’a, amal
sholeh, dan sedekah yang dikhususkan untuk orang tua yang sudah meninggal akan
sampai kepada keduanya, yang juga akan mengalirkan keridloan keduanya untuk sang
anak, tentu saja juga ridlo Allah.
sayang tulisan arabnya banyak yg gak kebaca,,,,,,,
BalasHapus