APRESIASI SISWA TERHADAP PENDIDIKAN ASWAJA
(KE-NU-AN) DI MADRASAH ALIYAH NURUL HUDA SUKARAJA.
A.
Latar Belakang
NU sebagai
organisasi terbesar di Indonesia tidak lepas peranannya dalam bidang
pendidikan islam di indonesia. Khittah 1926 sebagai dasar perjuangan Nahdliyin
menhantarkan NU pada spirit perjuangan dalam berbagai aspek demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang menjadi
cita-cita seluruh masyarakat Indonesia.
Khittah 1926
secara internal mempunyai ikhtiyar-ikhtiyar dalam rangka mengembangkan
eksistensi Nahdliyin, antara lain: peningkatan kegiatan di bidang keilmuan,
pengkajian, dan pendidikan; peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat
melalui kegiatan- kegiata terarah; peningkata silaturrahmi dan peningkatan
pelayanan sosial.(Suhanda,2010:271).
Hal
ini tentunya selaras dengan tujuan dari pendidikan nasional yang tercantum pada
Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yaitu:
Pendidikan Nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis.
Ditinjau dari konteks historinsnya, Nahdlotul Ulama tidak
bisa dipisahkan dari sejarah pendidikan di negri ini. Terdapat visi dan misi
khusus yang diusung oleh NU dalam pendirian organisasinya dan beragam lembaga
yang ada di bawah naungannya dalam hal memperjuangkan pendidikan di Nusantara.
Visi tersebut adalah ajaran Aswaja dan misinya adalah pemberdayaan umat.
Hal ini dibuktikan dengan berdirinya lembaga-lembaga pesantren di era bangsa
ini belum mengenal kemerdekaan lalu berkembang menjadi sistim pendidikan
madrasah.
Banyaknya lembaga pendidikan di bawah naungan NU berbanding
lurus dengan jumlah umat NU yang mayoritas di negeri ini. Hal itu yang kemudian
menuntut untuk dicantumkannya materi Aswaja sebagai salah satu mata
pelajaran pada kurikulum sekolah yang berbasis NU. “untuk mengorganisasikan dan melaksanakan kebijakan NU dalam
bidang pendidikan, pada Muktamar XIII NU (11-16 Juni 1938) di Menes Banten,
telah dibentuk bagian “Ma’arif” yang sekarang popular dengan “Lembaga
Pendidikan Ma’arif” disingkat LP Ma’arif”.(Thoha,dkk.2006:66).
Di bawah koordinasi LP. Ma’arif yang
merupakan salah satu aparat departementasi Nahdlatul Ulama
yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan NU, materi Aswaja
berhasil menjalar pada setiap satuan pendidikan berbasis NU sebagai proses
internalisasi nilai-nilai Ahlussunnah Waljama’ah An-nahdliyah dalam
kerakter setiap pribadi generasinya. Sampai sekarang materi tersebut terhimpun
dalam satu mata pelajaran Pendidikan Aswaja (Ke-NU-An).
Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-An diberikan dengan
mengikuti tuntunan bahwa visi Aswaja adalah untuk mewujudkan manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, etis, jujur dan adil (tawassuth dan i’tidal),
berdisiplin, berkesimbangan (tawazun),
bertoleransi (tasamuh), menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya ahlussunnah
wal jama’ah (amar ma’ruf nahi munkar).
Dewasa ini
terdapat lembaga pendidikan tertentu yang memasukkan Aswaja dalam
muatan kurikulumnya. Terkait hal tersebut, Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja
adalah salah satu lembaga pendidikan yang mencantumkan Aswaja sebagai
pelajaran wajib muatan lokal mulai tahun pelajaran 2011/2012. Secara intern lembaga,
gagasan ini muncul sebagai reaksi atas keberadaan kaum terpelajar di daerah ini
yang belum mampu menyeimbangkan antara keilmuan yang dimiliki dengan kenyataan
sosial dimana mereka berada. Mereka yang unggul dalam bidang agama cenderung
fanatik dan mengharamkan budaya-budaya di masyarakat, disisi lain mereka yang unggul dalam bidang
sosial jauh dari nilai-nilai agama. Masing-masing dari mereka cenderung fanatik
pada budaya dan keyakinan sendiri tanpa mempertimbangkan unsur-unsur budaya
lain yang ada disekitarnya.
Hal tersebut
dikhawatirkan menjadi stimulus terjadinya dikotomi budaya yang
berdampak pada perpecahan di tengah masyarakat yang memiliki ragam budaya
majemuk seperti masyarakat di sekitar Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja
berada. Peserta didik di madrasah ini hidup ditengah-tengah masyarakat muslim
di satu sisi dan di sisi lain sebagian masyarakatnya masih kental dengan
budaya-budaya keislaman yang banyak sekali kita temukan di sini seperti halaqoh yasinan, bersih
desa, dan lain sebagainya.
Selain itu,
mengingat keberadaan lembaga ini yang berdiri di bawah naungan pondok pesantren
Nurul Huda yang berbasis salafi ala
nahdliyah, dimana peserta didiknya juga merupakan kaum santri yang
dipersiapkan sebagai kader penerus misi perjuangan kiyai. Dari mereka
diharapkan nantinya akan lahir generasi-generasi kiyai yang unggul serta mampu menjadi pilar-pilar
kokoh dalam mensyi’arkan Islam di tengah-tengah masyarakat dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai tawasut, tawazun dan tasamuh.
Cukup beralasan apa yang disampaikan
oleh Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. melalui kata pengantar dalam bukunya Membumikan
aswaja:
Kader
generasi muda yang pada akhirnya diharapkan akan menjadi penerus perjuangan
Nahdlatul Ulama secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi
besar; kalangan santri yang menuntut ilmu di lingkungan pondok pesantren dan
kalangan siswa atau mahasiswa yang menuntut ilmu dilingkungan pendidikan
formal. Dua klasifikasi kader ini sangat dibutuhkan dan merupakan kekayaan bagi
NU dalam mempertahankan eksistensinya dan memperjuangkan ideologinya.(Chalim,2012).
Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dalam proses pembelajarannya bertujuan
untuk menumbuhkan kepedulian pada diri peserta didik terhadap pertumbuhan
sosial budaya masyarakat dimana mereka hidup. Terkait hal tersebut Madrasah
Aliyah Nurul Huda Sukaraja muncul dengan tujuan mencetak kader yang mampu hidup
dalam masyarakatnya. Salah satu usaha menjawab kegelisahan tersebut adalah
dengan di cantumkannya Aswaja dalam muatan lokal mata
pelajaran di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja. Aswaja merupakan
mata pelajaran khusus bagi satuan pendidikan tertentu, oleh karena itu mata
pelajaran ini sangat jarang kita temukan di lembaga-lembaga pendidikan secara
umum. Corak pemikiran Aswaja yang moderat diharapkan
nantinya mengilhami para manusia terdidik alumni Madrasah Aliyah Nurul Huda
Sukaraja untuk bisa memetakan permasalahan-permasalahan yang muncul di
masyarakat dengan moderat pula.
Dalam
pembelajarannya, Pendidikan Aswaja
menjadi mata
pelajaran wajib bagi siswa Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja mulai kelas X
sampai kelas XII
dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran (1x40 menit). Selain itu,
pembelajaran Aswaja di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja
menitik beratkan pada kepekaan peserta didik terhadap persoalan-persoalan
budaya masyarakat di sekitarnya. Dari sinilah menarik untuk di teliti terkait
adanya pembelajaran Aswaja di Madrasah Aliyah Nurul Huda
Sukaraja yang menjadikan realita sosial sebagai bagian kajiannya.
Madrasah Aliyah
Nurul Huda Sukaraja adalah sekolah yang memiliki visi, ” Menciptakan kader muslim intelektual dan beraklakul karimah” dengan tujuan siswa mempunyai kemampuan,
pengetahuan agama dan umum, serta ketrampilan untuk melanjutkan pengabdian di
masyarakat. Aswaja adalah salah satu mata pelajaran yang dalam kajiannya merujuk pada al-Qur’an dan sunah serta
memiliki karakter menjaga konsep lama yang maslahah dan
mengadopsi konsep baru yang lebih maslahah. Dalam tahap pemahamannya menggunakan
cara logis dan rasional, karena
mengaitkan materi dengan pengalaman-pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari bukan dengan menggunakan dogmatis dan doktrin tertentu. Dengan demikian Aswaja adalah salah satu
unsur penting untuk mewujudkan
tujuan pembelajaan di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja.
Pendidikan Aswaja
merupakan
mata pelajaran yang penting dan banyak aplikasinya dalam kehidupan. Meskipun
demikian, sebagian siswa belum menyadari sepenuhnya tentang pentingnya materi
tersebut, sehingga kurang apresiatif dalam mengikuti pembelajaran Aswaja .
Sikap
apresiatif tersebut diantaranya dapat ditunjukkan jika siswa berpartisipasi
aktif dalam mengikuti pembelajaran Aswaja serta mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga maksud dan tujuan
diselenggarakannya Pendidikan Aswaja dapat terwujud dan terlaksana
secara optimal.
Dari
penelitian ini, diharapkan dapat memberi gambaran praktis tentang tingkat
apresiasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Aswaja. Sehingga dapat
dipahami bagi semua pihak utamanya bagi para siswa untuk terus meningkatkan
perhatiannya terhadap pembelajaran Aswaja, serta bagi pengelola madrasah
untuk terus melakukan upaya optimalisasi dalam meningkatkan pembelajaran Aswaja
di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja
Berdasarkam penjajakan awal di lapangan tersebut, maka judul penelitian ini
adalah “APRESIASI SISWA TERHADAP PENDIDIKAN ASWAJA (KE-NU-AN) DI MADRASAH ALIYAH
NURUL HUDA SUKARJA”.
B.
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang
yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
1.
Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran Aswaja di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja?
2.
Bagaimana apresiasi siswa terhadap Pendidikan Aswaja
(Ke-NU-An) di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja?
3.
Bagaimana implementasi Pendidikan Aswaja
(Ke-NU-An) dalam amaliyah peridadatan siswa Madrasah Aliyah Nurul Huda
Sukaraja?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di dalam karya
ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas
penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang
sesuai dengan permasalahannya.
Sesuai dengan persepsi tersebut dan
berpijakpada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini
mempunyai tujuan :
1.
Untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran Aswaja di Madrasah Aliyah
Nurul Huda Sukaraja.
2.
Untuk mengetahui apresiasi siswa terhadap Pendidikan Aswaja
(Ke-NU-An) di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sukaraja.
3.
Untuk mengetahui implementasi Pendidikan Aswaja
(Ke-NU-An) dalam amaliyah peridadatan siswa Madrasah Aliyah Nurul Huda
Sukaraja.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
baik secara teoritis maupun secara peraktis. Adapun manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah:
1. Secara
Teoritis
a.
Dapat memberikan kontribusi keilmuan secara
konseptual dan pengembangan cakrawala pemikiran Ke-NU-An.
b.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih
terhadap perkembangan Pendidikan Aswaja kedepan.
c.
Dapat menjadi sumber atau acuan
peneliti-peneliti yang berkeinginan untuk mengkaji permasalahan yang mempunyai
relevansi dengan penelitian ini.
2. Secara
Praktis
a. Bagi sekolah
Hasil penelitian
ini diharapakan dapat dijadikan informasi ilmiah tentang apresiasi siswa
terhadap Pendidikan Aswaja
(Ke-NU-An) di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja serta dapat dijadikan sebagai acuan peningkatan pembelajaran Aswaja kedepan.
b. Bagi peneliti
Sebagai bahan latihan dalam
penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai tambahan informasi mengenai apresiasi
siswa terhadap pelajaran Aswaja (Ke-NU-An) khususnya di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja.
E.
Variabel Penelitian
Pengertian variabel penelitian
menurut Akikunto (2006:118) adalah segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian
atau apa yang akan menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian
ini terdapat dua variable yang dirasa perlu bagi peneliti untuk mengkajinya:
1.
Variabel
bebas (Variabel X)
Variabel bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
bagi variable lain. Variable bebas dalam penelitian ini adalah Pendidikan Aswaja (Ke-NU-An).
2.
Variabel
terikat (Variabel Y)
Variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain, namun variabel tertentu
dapat sekaligus menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah Apresiasi siswa.
F.
Definisi Operasional
Variabel
Sebagai pedoman untuk pembahasan
selanjutnya, dan agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap pengertian judul
penelitian ini, maka ada beberapa kata atau istilah yang perlu didefinisikan.
1.
Apresiasi
Menururt Kamus Besar Bahasa Indonesia apreasiasi
adalah kesadaran terhadap nilai seni dari budaya. Mengapresiasi merupakan
kegiatan mengamati, menilai, dan menghargai.
Secara etimologis, apresiasi berasal dari
bahasa Inggris “appreciation” yang berarti penghargaan, penilaian,
pengertian, bentuk itu berasal dari kata kedua “to appreciate” yang
berarti menghargai, menilai, mengerti (Echols dan Shadili,2010: :35) .
Menurut Hornby (dalam Sayuti, 1985:2002). “Secara makna
leksikal, apresiasi (appreciation) mengacu pada pengertian
pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan
yang memberikan penilaian”.(wordpres.2008).
Jadi, apresiasi adalah kegiatan mengamati,
menilai, dan menghargai dengan bersungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap nilai-nilai suatu
obyek terkait.
2.
Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik.
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Selanjutnya
menurut Poerbakawatja (dalam Dalyono,2010:6) pendidikan adalah “Usaha secara
sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang sistematis
dalam upaya mengoptimalkan potensi anak didik baik jasmani maupun rohani guna
terbentuknya karakter, kedewasaan, dan pribadi manusia seutuhnya.
3.
Aswaja (Ke-NU-An)
Adalah
materi pelajaran khusus yang harus ada di satuan pendidikan yang berada dibawah
naungan LP. Maarif NU, materi ini berisikan tentang sejarah NU serta hal-hal
yang berhubungan dengan gerakan Nahdlatul Ulama.
Lembaga Pendidikan Ma'arif
Nahdlatul Ulama (LP. Ma'arif NU) merupakan salah satu aparat departementasi di
lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Didirikannya lembaga ini di NU
bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan NU.
G.
Tianjauan Pustaka
Penelitian ini pada dasarnya bukan penelitian yang
benar-benar baru. Sebelum ini banyak yang sudah mengkaji objek penelitian
tentang Aswaja (Ke-NU-An).
Oleh karena itu, penulisan dan penekanan penelitian ini harus berbeda dengan
hasil penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan pengamatan peneliti,
ditemukan beberapa karya yang memuat tentang Aswaja dan Nahdlatul Ulama, antara
lain:
Pertama, Penelitian Oleh Saudara M. Lutfi Hakim (2006) Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang yang Berjudul “Peran Nahdlatul Ulama Dalam Pemberdayaan
Civil Society (Studi Kasus di
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Banyuwangi)”. Menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama cabang Banyuwangi dengan program yang ada
didalamnya terdapat gerakan pemberdayaan civil
society. Dari semua
peran yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama cabang Banyuwangi merupakan usaha
untuk membangun tatanan sosial yang ideal.
Kedua, Skripsi atas nama Ulya Himmatin (2011) Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul “Studi
komparasi pengembangan materi aswaja Di MTs. Hasyim Asy’ari Batu dan Materi
kemuhammadiyahan di MTs. Muhammadiyah I kota Malang”. Dan menyimpulkan
bahwa untuk memaksimalkan
pengembangan materi PAI pada lembaga pendidikan NU dan Muhammadiyah, dibutuhkan
sosok guru kreatif dan inovatif supaya siswa mudah memahami dan mengingatnya
sekaligus dukungan penuh dari berbagai pihak terutama dalam bentuk pemikiran
baik dari pihak sekolah atau masyarakat.
Ketiga, skripsi yang disusun oleh Muhamad Baihaqi
(2010) yang berjudul “Pengaruh
Pelaksanaan Pendidikan Aswaja Terhadap Peningkatan Akhlak Siswa MAS Hifal
Pekalongan”. Dalam skipsi
ini disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positip antara pelaksanaan
pendidikan aswaja dengan peningkatan akhlak siswa MAS Hifal Pekalongan.
Dari uraian di
atas, dapat ditegaskan bahwa penelitian apresiasi siswa terhadap pelajaran Aswaja (Ke-NU-An) ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya.
H.
Kerangka
Teoritik
1.
Pengertian ASWAJA perspektif Nahdlotul Ulama
(NU)
Aswaja merupakan singkatan singakatan
dari istilah Ahlussunnah wal jama’ah, dalam istilah tersebut terdapat
tiga kata dasar dengan uraian sebagai berikut:
Pertama,
kata Ahl, secara etimologis berarti keluarga,
golongan, pengikut.(Faisol, dkk.2008:4)
Kedua, kata Assunnah,
menurut Abul Baqo’ secara bahasa berarti jalan meskipun tidak dikehendaki.
Sedangkan dalam pengertian istilah, sunnah
adalah jalan yang dikehendaki oleh agama karena dilakukan oleh Rosulullah SAW,
para sahabat dan ulama sholeh. Hal ini menhacu pada hadist yang sangat popular,
“Hendaknya kalian mengikuti sunnahku dan
sunnah para pemimpin setelah aku”.(Misrawi,2010:106).
Ketiga, kata al-jama’ah. Secara
etimologis kata alj-ama’ah ialah orang-orang yang memelihara kebersamaan dan
kolektifitas dalam mencapai suatu tujuan, sebagai kebalikan dari kata
al-furqoh, yaitu orang-orang yang bercerai-berai dan memisahkan diri dari
golongannya. Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini, meskipun diantara
mereka terjadi perbedaan pendapat, namun
mereka saling menghargai, dan tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai
alasan untuk berpecah belah dan saling membid’ahkan dan mengkafirkan.(Chalim,2012:10).
Sedangkan menurut Misrawi (2010:106) “ jama’ah mengandung arti komunitas, yaitu
mereka yang tergolong pengikut sunnah Rosulullah SAW. kata tersebut menunjukkan
bahwa mereka yang termasuk ahlussunnah adalah mereka yang berpegang
teguh pada sunnah beliau, para sahabat, serta mengikuti warisan para wali dan
ulama”.
Dari
uraian di atas dapat dipahami bahwa Alhussunnah waljama’ah adalah manhaj
al-fikr (faham) yang berasaskan pada sunnah rosulullah, para sahabat,
serta mengikuti tradisi ulama-ulama saleh (as-salaf as-salih) dan
orang-orang yang dimulyakan (al-sawad al-a’dzom) dengan tetap menjunjung
tinggi nilai-nilai toleransi (tasamuh) dan sikap moderat.
Ahlussunnah
waljama’ah lahir sebagai satu reaksi terhadap hadist Rosulullah SAW tentang
perpecahan yang akan terjadi di kalangan umat Islam di masa yang akan datang;
افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إحْدَى
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً وَ سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إلَّا وَاحِدَةً قَالُوا : مَنْ هم يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي. رَوَاهُ أَبُو
دَاوُدوَالتِّرْمِذِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ
“Dari Abi Hurayrah RA.
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Terpecah umat Yahudi menjadi 71 golongan.
Dan terpecah umat Nasrani menjadi 72 golongan. Dan akan terpecah umatku menjadi
73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu. Berkata para sahabat: “Siapakah
mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Mereka adalah yang
mengikuti aku dan para sahabatku.”.HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah.(Muchtar,dkk.2007:2)
Kendatipun
banyak aliran-aliran yang mengklaim dirinya sebagai Ahlussunnah waljama’ah,
namun paham Ahlussunnah waljama’ah an-nahdliyah yang dianut Nahdlatul
Ulama (NU) mengacu pada pemikiran Asy’ariyah dan Maturidiyah
dalam bidang akidah, mengikuti madzhab imam empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan
Hambali) dalam bidang syari’ah, serta menganut manhaj Iman Al-ghozali dan Imam
Abu al-Qosim al-Junaidi al-Bagdadi dalam bidang tasawuf.
Ciri utama Aswaja
NU dalah sikap tawassuth dan I’tidal (tengah-tengah dan
keseimbangan, yakni selalu seimbang dalam menggunakan dalil, antara dalil naqli
dan dalil aqli, antara pendapat jabariyah dan qodariyah
dan sikap moderat dalam menghadapi perubahan dunyawiyah. Dalam masalah
fiqih sikap pertengahan antara ijtihad dan taqlid buta. Yaitu
dengan cara bermadzhab. Ciri sikap ini adalah tegas dalam hal-hal yang qot’iyah
dan toleran dalam hal-hal zhonniyah.(Muchtar,dkk.2007:4).
2.
Karakteristik Aswaja An-Nahdliyah
Dalam mengemban misi syi’ar Islam serta
dalam pendekatannya dengan masyarakat, NU sebagai organisasi keagamaan memiliki
karakter-karakter khusus yang diusung oleh para perintis dan pendirinya. Hal
ini penting untuk menjaga nilai-nilai historis dan tetap meneguhkan Nahdlatul
ulama pada garis-garis perjuangannya (khittah).
Karakteristik tersebut tercermin dari Fikrah Nahdliyah sebagai kerangka
berpikir yang didasarkan pada ajaran Ahlussunnah waljama’ah untuk menentukan
arah perjuangan dalam rangka ishlah al-ummah (perbaikan umat).
Dalam merespon persoalan, baik yang berkenaan
dengan persoalan keagamaan dan kemasyarakatan, Nahdlatul Ulama memiliki manhaj
Ahlussunnah wal-jama’ah sebagai berikut:
a.
Fikrah tawassutiyah (pola piker moderat), artinya Nahdlatul Ulama
senantiasa bersikao tawazun (seimbang) dan I’tidal (moderat) dalam
menyikapi berbagai persoalan Nahdlatul Ulama senantiasa menghindari sikap tafrit
(radikal kiri) atau ifrath (radikal kanan).
b.
Fikrah tasamuhiyah (pola piker toleran), Artinya Nahdlatul Ulama
dapat hidup secara damai dengan pihak lain walaupun akidah, cara berpikir dan
budayanya berbeda.
c.
Fikrah Ishlah (pola piker reformatif), artinya Nahdlatul
Ulama senantiasa mengupayakan perbikan
menuju kearah yang lebih baik (al-ishlah ilaa maa huwa al-ashlah).
d.
Fikrah tathawwuriyah (pola piker dinamis), artinya Nahdlatul Ulama
senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai persoalan.
e.
Fikrah manhajiyah (pola piker metodologis), artinya Nahdlatul
Ulama senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu kepada manhaj yang
telah ditetapkan oleh Nahdlatul Ulama.(Chalim,dkk.2012:12).
Dengan berpegang pada Prinsip-prinsip dasar tersebut menjadikan Ahlussunah
wal Jama’ahmemiliki kemampuan untuk meredam berbagai konflik internal umat
Islam. Ahlussunah Wal-Jama’ah sangat toleran terhadap
tradisi-tradisi yang telah berkembangan di masyarakat, tanpa
melibatkan diri dalam subtansinya, bahkan tetap berusaha untuk mengarahkannya.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Ahlussunah wal-Jama’ah lebih
dari sekedar madzhab tetapi merupakan manhajul fikr (metodologi berpikir).
Faham tersebut sangat lentur, tawassut, I’tidal, tasamuh, dan tawazun. Hal ini
tercermin dari sikap Ahlussunah wal-Jama’ah yang mendahulukan nash namun
juga memberikan porsi yang longgar terhadap akal sehingga tidak gampang
menganggap bid’ah berbagai tradisi dan perkara baru yang muncul dalam semua
aspek kehidupan, baik aqidah, muamalah, akhlaq, sosial,
politik, budaya dan lain-lain. Karakter Ahlussunah wal Jama’ah yang
sangat dominan adalah Selalu bisa beradaptasi dengan
situasi dan kondisi.
3.
Ruang Lingkup Pendidikan ASWAJA (ke-NU-an)
Secara
substansi pendidikan Aswaja adalah paham Ahlussunnah wal-jama’ah itu sendiri,
maka ruang lingkup pendidikan Aswaja berarti ruang lingkup Ahlussunnah
wal-jama’ah. pendidikan Aswaja yang merupakan hasil rumusan (produk
pemikiran) yang telah dibakukan sebagai paham Ahlussunnah wal Jama’ah dalam kajian dan pembahasannya meliputi
beberapa aspek, antara lain:
a.
Aspek Aqidah (Tauhid).
Aspek akidah merupakan aspek paling krusial
dari segala permasalah dalam Islam, karena cakupannya menyangkut hubungan
antara seseorang dengan tuhannya. Maka tidak diherankan banyak sekali terjadi
perpecahan di kalangan kaum muslimin yang melahirkan polemik tiada
berkesudahan. Pasca wafatnya Rosulullah perselisihan sudah mulai terjadi di
kalangan kaum muslimin, bermula dari masalah Imamah dan berlanjut pada
persoalan akidah yang melahirkan berbagai aliran teologi. Dari berbagai
perselisihan tersebut banyak terjadi perdebatkan tentang nama dan sifat Allah,
melihat Allah di akhirat, Al-Qur’an Kalamullah, perbuatan manusia, akal dan
wahyu, serta pemasalahan-permasalahan lain yang terus berkembang hingga era
dewasa ini.
Dari berbagai aliran yang muncul, lahir pula Ahlussunnah
wal-jama’ah sebagai kelompok moderat yang diusung oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ary
(260-330 H/873-947 M). dan Imam Abu Manshur al-Maturidy (333 H/944 M) yang
kemudian dikenal dengan paham Asy-a’riyah dan Maturiddyah.
Menyikapi perselisihan yang terjadi,
Ahlussunnah wal-jamaah adalah jalan tengah (tawassut) diantara kelompok-
kelompok keagamaan yang berkembang. Sikap tawassut (moderat) ini
merupakan ciri utama kelompok Ahlussunnah wal-jama’ah dalam berakidah.
Hal ini penting untuk menghindari fanatisme beragama serta untuk
merealisasikan amar ma’ruf nahi munkar yang mengedepankan kebajikan dan
kebijakan.(Muchtar,dkk.2007:17).
b.
Aspek Syari’ah (Fiqih)
Aspek syari’ah atau fiqh merupakan paham
keagamaan yang berhubungan dengan ibadah dan mu’amalah. Sama pentingnya denganbidang
akidah yang menjadi dasar keyakinan dalam Islam, fiqih adalah simbol penting dasar keyakinan. Karena
Islam agama yang tidak hanya mengajarkan tentang keyakinan tetapi juga
mengajarkan tentang tata cara hidup sebagai seorang yang beriman yang
memerlukan komunikasi dengan Allah SWT, dan sebagai makhluk sosial juga perlu
pedoman untuk mengatur hubungan sesama manusia secara harmonis, baik dalam
kehidupan pribadi maupun sosial. Dalam konteks historis, fiqih disepakati oleh
jumhur ulama Ahlussunnah wal-jama’ah bersumber dari empat madzhab, yakni
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Secara substantif, fiqih sebenarnya tidak
terbatas pada produk hukum yang dihasilkan dari empat madzhab diatas, produk
hukum yang dihasilkan oleh imam-imam mujtahid lainnya, yang mendasarkan
penggalian hukumnya melalui al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas,
seperti, Hasan Bashri, Awza’i, dan lain-lain tercakup dalam lingkup pemikiran
Aswaja, karena mereka memegang prinsip utama Taqdimu al-Nash ‘ala
al-’Aql (mengedepankan daripada akal).(Mahrus,2013).
Lebih lanjut, Drs.H.M. As’ad Toha, M.Ag.
mengklasifikasikan secara rinci karakter Ahlussunnah wal-jama’ah di bidang
fiqih sebagai berikut:
· Selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
As-sunnah, dengan menggunakan metode dan sistem yang dapat dipertanggung
jawabkan (ijtihad).
· Pada masalah
yang sudah ada dalil nash yang shorih dan qot’I (tegas dan pasti), tidak boleh
ada campur tangan akal.
· Pada masalah
dhonniyah (tidak tegas dan tidak pasti), dapat ditoleransikan adanya perbedaaan
pendapat selama tidak bertentangan dengan prinsip agama.(Thoha,dkk.2006:4).
c.
Aspek Tasawuf (Akhlak)
Tasawuf dalam manhaj
Ahlussunnah wal-jama’ah difokuskan pada wacana akhlaq yang dirumuskan oleh Imam
al-Ghozali (450 H/1058 M), Yazid al-Busthomi (188-261 H/804-874 M) dan
al-Junayd al-Baghdadi (297 M/910 M), serta ulama-ulama sufi yang sepaham.
Aswaja memiliki prinsip bahwa tujuan hidup
adalah tercapainnya keseimbangan kepentingan dunia akhirat dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendekatkan diri kepada Allah ,
dicapai melalui perjalanan spiritual, yang bertujuan untuk memperoleh hakikat
dan kesempurnaan hidup (insan kamil), namun hakikat yang diperoleh tidak
boleh meninggalkan garis-garis syariat yang ditetapkan Allah dalam al-Qur’an
dan sunnah Rosulullah SAW. syari’at merupakan dasar pencapaian syari’at.
Ini adalah prinsip yang dipegangi tashawwuf (tasawuf) Aswaja.(Muchtar,dkk.2007:27).
Dengan
demikian, tasawuf yang diikuti dan dikempangkan oleh kaun Aswaja
an-Nahdliyah adalah tasawuf moderat. Pengabdosian tasawuf demikian,
memungkinkan umat Islam secara individu mampu menjalin konunikasi dengan tuhan
dan secara sosial dapat melakukan perbaikan kea rah perbaikan umat.
4.
Tujuan Pendidikan Aswaja
Pendidikan Aswaja sebagai salah satu upaya
perjuangan Nahdlatul Ulama di bidang pendidikan bertujuan untuk mewujudkan
tujuan dasar NU, yaitu “berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah
wal Jama'ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi
kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta”. Hal
ini terekam jelas dalam anggaran dasar Nahdlatul Ulama Bab IV Pasal 9 Ayat 2
tentang Tujuan dan Usaha, bahwa:
Di bidang pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina
umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan
terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Pendidikan Aswaja dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di
indonesia. Disamping itu pendidikan Aswaja muncul karena kebutuhan
masyarakat indonesia. Yaitu pendidikan agama dan moral. (Buletinalamin,2013).
Dengan demikian, NU sebagai organisasi
terbesar di Indonesia tidak lepas peranannya dalam bidang pendidikan
islam di indonesia. Salah satunya yakni pendidikan Ahlussunnah wal jama’ah atau
yang lebih sering dikenal dengan sebutan pendidikan Aswaja. Pendidikan Aswaja itu tidak hanya mengajarkan nilai-nilai
agama saja namun juga mengajarkan nilai moral.
I.
Metodologi
Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moloeng (2010:6)
“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat menggambarkan,
menguraikan suatu hal menurut apa adanya”.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis
data bersifat induktif, dan hasil kualitatif lebih menekankan makna pada
generalisasi.(Sugiono,2012:15).
penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian
yang didasarkan pada data alamiah yang berupa kata-kata dalam mendeskripsikan
obyek yang diteliti. Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mengungkapkan
gejala secara holistik-kontekstual (secara utuh sesuai dengan konteks) melalui
kegiatan pengumpulan data dari latar yang diteliti. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini akan menggambarkan atau memaparkan data
yang diperoleh peneliti berkaitan tentang apresiasi siswa terhadap Pendidikan Aswaja
di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja secara menyeluruh dan apa adanya.
2. Jenis dan Sumber data
a. Jenis data
Berdasarkan Janis dan sifatnya, data
penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
Data Kualitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam
bentuk kata-kata atau uraian kalimat. Data kualitatif diperoleh dari jawaban
atas pertanyaan terbuka atau hasil wawancara atau deskripsi hasil observasi.sedangkan
data kuantitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam angka atau bilangan
hasil perhitungan, seperti menghitung, mengukur dan menimbang.(Julianto,2013).
Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh
dari perhitungan hasil angket sebagai data pelengkap (tambahan). Sebagaimana
dijelaskan oleh Sugiyono (2012:38) bahwa dalam satu penelitian memungkinkan
untuk memperoleh data dengan dua metode yang berbeda yaitu metode kualitatif
dan metode kuantitatif, karena pada dasarnya kedua metode tersebut saling
melengkapi (complement each other) dan tidak perlu dipertentangkan
keberadaannya. Jadi, dalam penelitian ini memfokuskan pada data kualitatif
sebagai data utama dan menggunakan data kuantitatif sebagai data pelengkap.
b. Sumber data
Data merupakan fakta-fakta atau ukuran-ukuran tertentu dari suatu fenomena.
Menurut Arikunto (2010:172), sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Adapun data dalam penelitian ini diperoleh dari
sumber-sumber, antara lain :
a.
Sumber
data primer , yaitu data yang
diamati dari sumbernya langsung, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Aliyah
Nurul Huda Sukaraja, kepala sekolah, dan guru mata pelajaran.
b.
Sumber
data skunder, yaitu data yang
sudah diolah terlebih dahulu oleh sumber data. Pengambilan data diperoleh
dengan cara mengambil data dari laporan dan studi pustaka yang dilakukan dengan
mempelajari dan memahami berbagai teori dari buku-buku dan bahan-bahan yang
didapat selama perkuliahan serta karangan ilmiah yang ada hubungannya dengan
permasalahan.
3. Populasi dan sampel
Dalam setiap penelitian, penetapan
populasi dan sampel sangatlah penting karena keduanya merupakan wilayah sumber
data yang dijadikan obyek penelitian. Dalam penelitian ini penetapan populasi
dan sampel dimaksudkan untuk menggali data yang ada di lapangan, dengan harapan
setiap responden mampu memberikan informasi yang obyektif dan actual dari
gejala-gejala yang ada di lapangan.
a. Populasi
Suharsimi
Arikunto menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan obyek penelitian”
(Arikunto,2010:173). Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah
wilayah totalitas dari semua karakteristik dimana keseluruhan obyek itu
diberlakukan. Yang meliputi seluruh siswa dan siswi Madrasah Aliyah Nurul Huda
Sukaraja dengan jumlah 379 siswa.
Tabel
1. Jumlah siswa Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja
Tahun ajaran 2013/2014
No
|
Kelas
|
Jumlah
|
1
|
X-1
|
27 Siswa
|
2
|
X-2
|
28 Siswa
|
3
|
X-3
|
26 Siswa
|
4
|
X-4
|
28 Siswa
|
5
|
XI-1 / IPA
|
26 Siswa
|
6
|
XI-2 / IPA
|
24 Siswa
|
7
|
XI-1 / IPS
|
26 Siswa
|
8
|
XI-2 / IPS
|
24 Siswa
|
9
|
XI Keagamaan
|
33 Siswa
|
10
|
XII IPA
|
33 Siswa
|
11
|
XII-1 / IPS
|
23 Siswa
|
12
|
XII-2 / IPS
|
24 Siswa
|
13
|
XII-3 / IPS
|
24 Siswa
|
14
|
XII Keagamaan
|
33 Siswa
|
Jumlah
|
379
Siswa
|
b. Sampel
Sampel adalah “sebagian atau wakil
dari populasi yang diteliti” (Arikunto,2010:174). Hal serupa juga diungkapkan Djaman
Satori dan Aan Komariyah bahwa yang dimaksud dengan sample adalah bagian kecil
dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya secara representatif. (Satori dan Komariyah,2010).
Dalam penelitian ini, peneliti
berpegang pada pendapat Suharsini Arikunto, bahwa untuk sekedar ancer-ancer,
maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, selanjutnya
jika populasinya lebih dari 100, maka diambil 10% - 15% atau 20% - 25%, bisa
juga lebih tergantung:
a.
Kemampuan
peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
b.
Luas
sempitnya pengamatan;
c.
Besar
kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2010 :177).
Jadi, teknik yang dipakai dalam
penelitian ini adalah mengambil wakil dari populasi yang diteliti, yaitu peneliti
menggunakan cara Random (acak) dengan tujuan mempermudah dan memperkecil
obyek yang diteliti sehingga peneliti dapat mengelompokkan data dengan mudah
guna memperoleh hasil yang obyektif.
Karena
jumlah populasi lebih dari 100, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 20%
dari 379 siswa yaitu 75,5 dan dibulatkan menjadi 75 siswa.
J.
Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yamg
dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat pengumpul data
sebagai berikut:
1.
Metode
Observasi
Observasi adalah “pengamatan secara
sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.” (Sudjiono,2012:29).
Dengan metode ini peneliti bermaksud
untuk mengamati dan mencatat data-data yang diperlukan mengenai situasi dan
keadaan di lokasi penelitian yang meliputi : keadaan gedung, keadaan guru dan
siswa di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja.
2.
Metode
Interview
Adalah “metode pengumpulan data
dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.(Sudjiono,2012:29).
Dalam metode ini penulis menggunakan
metode interview terbuka (tidak
terstruktur), yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.(Sugiyono,2012:197).
Peneliti menggunakan metode
interview untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dengan
demikian, peneliti akan mewawancarai kepala sekolah serta guru-guru yang
bersangkutan di Madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja. dengan beberapa tujuan,
yaitu:
a.
Sebagai
metode pelengkap yakni digunakan untuk mencari informasi yang tidak dapat
diperoleh dengan cara lain.
b.
Digunakan
untuk menguji kebenaran dan kematangan data-data yang diperoleh.
Dalam melakukan wawancara ini
peneliti bermaksud memperoleh informasi mengenai sejarah berdirinya sekolah,
struktur organisasi, keadaan guru, fasilitas yang ada serta hal-hal berkaitan
dengan penelitian ini.
3.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data yang
bersumber pada dokumen atau arsip yang ada. Menurut Suharsimi Arikunto
mengatakan , bahwa: metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal
variable-variabel yang berupa catatan, transkrip, buku-buku , surat kabar,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka
penulis dapat menganalisa data yang telah di dokumentasikan dari Madrasah
Aliyah Nurul Huda Sukaraja yang meliputi dokumen struktur organisasi, data
tentang guru, data tentang siswa, data tentang sarana dan sebagainya.
4.
Metode angket
Angket
adalah “cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui
sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan
sebelumnya”.(Sudijono,2012:30). Ada dua macam angket yang sering digunakan
dalam penelitian yaitu:
a. Angket berstruktur
Jawaban dan
pertanyaan yang diajukan sudah disediakan, kemudian responden diminta untuk
memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya (pertanyaan bersifat tertutup).
b. Angket tak
berstruktur
Pertanyaan diajukan
dalam bentuk pernyataan terbuka. Jadi responden diberikan kebebasan untuk
menjawab pertanyaan menurut pendapat nya sendiri.
Dalam peneliatan
ini, peneliti menggunakan alat/metode angket berstruktur untuk memperoleh data
tentang tingkat apresiasi siswa terhadap Pendidikan Aswaja (Ke-NU-An)
di madrasah Aliyah Nurul Huda Sukaraja.
K. Tehnik analisis data
Setelah semua data terkumpul melalui
metodenya masing-masing, tahap selanjutnya adalah menganalisis masing-masing
data berdasarkan jenis data yang terkumpul.
Dalam
penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data yang
tinggi sekali. Data yang diperoleh umumnya adalah data kualitatif (walaupun
tidak menolak data kuantitatif).(Sugiyono,2012:335).
Dalam menganalis data yang peneliti
peroleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan angket, penulis
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan prosentase. Teknis
analisis deskriptif penulis gunakan untuk menentukan, menafsirkan serta
menguraikan data yang bersifat kualitatif yang penulis peroleh dari metode
observasi,wawancara,dokumentasi dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau
status fenomena. Sedangkan untuk data kuantitatif (berupa angka) yang diperoleh
melalui angket akan dianalisasis dengan teknik statistik yaitu teknik formalitas
prosentase sebagai berikut : (Sudiono, 2012: 40).
Keterangan :
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
L. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk memudahkan dalam mengkaji dan memahami secara
keseluruhan skripsi ini peneliti akan menguraikan sistematika pembahasan
sebagai berikut :
Bab I dimulai dengan
pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub, yaitu: Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika
Pembahasan.
Bab II kajian pustaka terdiri
dari beberapa pembahasan mengenai pengertian Ahlussunah wal-jama’ah perspektif
Nahdlotul Ulama, ruang lingkup Pendidikan ASWAJA (ke-NU-an) dan tujuan
Pendidikan ASWAJA.
Bab III metodoogi penelitian, yang di dalamnya membahas
tentang jenis penelitian, variabel penelitian, devinisi oprasional variabel,
jenis dan sumber data, populasi dan sempel penelitian, tehnik pengumpulan data,
dan tehnik analisis data
Bab IV hasil dan
pembahasan berisi tentang laporan penelitian yang menyangkut gambaran global
laporan penelitian yang terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V penutup, dalam
bab ini berisikan kesimpulan dan saran
dilengkapi dengan dartar
pustaka serta lampiran-lampiran.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Chalim, Asep S ,dkk. 2012. Membumikan
Aswaja. Surabaya: Khalista.
Delyono. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Echols, Jhon M. dan Hasan Shadilli. 2010. Kamus Inggris-
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Faisol, Muhammad, dkk. 2010. Hujjah NU (Akidah – Amaliyah –
Tradisi). Surabaya: Kalista
Mahrus,Muham mad. 2013. Ruang Lingkup
Aswaja. http://assawadul adzom.blogspot.com
/2013/03/ruang-lingkup-aswaja_9067.html. diakses tanggal 15 Novenber 2013.
Misrawi, Zuhairi. 2010. “Mengukuhkan Khittah 1926”. Dalam Suhanda
(ed). Gus Dur Santri Par Excellence.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Jakarta: PT
Kompas Media Nisantara.
Muchtar, Masyhudi,dkk. 2007. Aswaja An-Nahdliyah. Surabaya:
Khalista.
Nahdlatul Ulama. 2010. Anggaran
Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama.
Satori, Djaman. Dan Komariyah, Aan. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
STKIP Nurul Huda. 2011/2012. Pedoman Akademik STKIP Nurul Huda Sukaraja OKU
Timur. STKIP Nurul Huda OKU Timur.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo perdasa.
Thoha, As’ad,dkk. 2006. Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an.
Jatim: PW LP Ma’arif.
Undang Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbaran.