BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah
Ada
tingkat kesulitan tertentu untuk menghindari bias ketika berbicara dalam
istilah “baik” atau “buruk”. Itulah sebabnya, aspek kehidupan manusia yang
penting, yaitu moralitas, Namun, pada saat ini psikolog telah meneliti berbagai
proses mendasar dari perkembangan moral, bagaimana orang menilai baik atau
buruk.
Setiap
individu memiliki moral melalui sosialisasi sejak seseorang individu
dilahirkan. Moral menunjukan pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk
berbuat dan merasakan khususnya apabila dia berhubungan dengan lain atau
menanggapi satu keadaan. Moral mencakup kebiasaan, sikaf, sifat yang dimiliki
seseorang yang berkembang apabila seseorang berhubungan dengan orang
lain. Manusia tidak terlepas dari suatu moralalitas/moral atau kebiasaan
baik itu berupa kebiasaan baik maupun buruk. Nilai-nilai spiritual yang
dimaksudkan dalam islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan
dan anjuran, yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam
kaitannya sebagai hamba Allah serta angggota masyarakat.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana penafsiran ayat tentang keadilan, kejujuran, dan
moral menurut Tafsir Jalalain?
2.
Bagaimana penafsiran ayat tentang keadilan, kejujuran, dan
moral menurut Ibnu Katsir?
3.
Apa pengertian dari Mubtada’?
BAB II
TAFSIR
AYAT-AYAT TENTANG KEADILAN, KEJUJURAN DAN MORAL
A. Tafsir Jalalain (Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin
Al-Suyuti) An-Nahl Ayat 90.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4
öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
Artinya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."(QS. An-Nahl:
90).
Allah
memerintahkan para hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perkataan dan
perbuatan. Allah menyuruh mereka untuk selalu berusaha menuju yang lebih baik
dalam setiap usaha dan mengutamakan yang terbaik dari lainnya.
بِالْعَدْلِ
Maksudnya,
tauhid atau inshaf. Ibnu Abbas menafsirkannya dengan tauhid, yaitu
mengucap dua kalimah syahadah ( ( اشهد
أن لآإله إلا الله وأن محمدا رسول الله Inshaf (sederhana) dalam seluruh
aspek: Inshaf dalam bidang tauhid adalah beri’tikad bahwa
Allah bersifat dengan sifat kesempurnaan, bersih dari segala kekurangan. Dalam
bidang i‘tikad ialah menisbahkan segala perbuatan kepada Allah
dan menisbahkan usaha kepada manusia, Padahalinshaf itu ialah
menisbahkan seluruh perbuatan milik Allah, baik atau jahatnya, zahir dan
bathinnya.
وَاْلاِحْسَانِ
Maksudnya, menunaikan segala yang fardhu (wajib) secara
sempurna atau bahwa engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya, sebagaimana tersebut dalam hadits: Artinya, engkau beribadah
kepada Allah karena memperhatikan kebesaran-Nya seolah-olah engkau melihat-Nya
dengan mata kepalamu. Berbuat baik (وَاْلاِحْسَانِ), yakni kepada
Allah dan kepada para hamba-Nya.
وَاِيْتَآئِ ذِى الْقُرْبَى
Maksudnya,
memberikan sedekah kepada kaum kerabat. Ini lebih diutamakan daripada
bersedekah kepada orang lain karena sedekah kepada kaum kerabat merupakan
sarana untuk mempererat hubungan persaudaraan. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya taat yang paling cepat memperoleh balasan (fahala) ialah
mempererat hubungan persaudaraan (silaturrahmi)” (Al-Hadits). Makanya,
kaum kerabat disebutkan secara khusus dalam ayat ini karena penting penyebutannya.
وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ
“Dan
Allah melarang dari perbuatan keji” maksud dari perbuatan keji dalam ayat ini adalah erbuatan
zina.
وَاْلمُنْكَرِ
Maksudnya,
kufur dan maksiat-maksiat lainnya, termasuk zina yang telah disebutkan secara
khusus di atas. Maksudnya, segala macam bentuk maksiat dilarang oleh Allah SWT.
وَالْبَغْيِ
maksudnya,
melakukan penganiayaan terhadap manusia. Disebutkan secara khusus sebagaimana
penyebutan pada pelarangan zina (الْفَحْشَآء) karena penting. Karena tindakan
penganiayaan terhadap manusia merupakan maksiat yang paling besar setelah
kufur. Oleh karena itu, sebahagian ulama berkata: “Siksaan (azab) yang paling
cepat diterima seseorang akibat berbuat maksiat ialah siksaan (azab) akibat
melakukan tindakan penganiayaan terhadap manusia”. Dalam satu riwayat
Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya salah satu dari dua gunung melakukan
penganiayaan terhadap lainnya, maka sungguh Allah akan menghancurkan gunung tersebut
akibat penganiayaan yang dilakukan kepada gunung lainnya” (Al-Hadits).
Dalam riwayat yang lain beliau bersabda: “Orang yang melakukan penganiayaan dan
para pembantunya adalah anjing-anjing neraka” (Al-Hadits).
يَعِظُكُم
Maksudnya
dapat memberi pengajaran kepada manusia dengan perintah dan larangan.
لَعَلَّكُمْ
تذَكَّرُوْنَ
Maksudnya,
mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Dalam kitab Mustadrak dari
Ibnu Mas’ud, beliau berkata: “Ayat ini merupakan ayat yang paling lengkap dalam
Al-Qur`an yang menjelaskan tentang kebaikan dan kejahatan”. Menurut sebuah riwayat, Rasulullah SAW membaca ayat ini
kepada Al-Walid bin Mughirah, ia berkata: “Ulangi sekali lagi ayat tersebut
wahai Muhammad”. Maka Rasul mengulangi lagi ayat tersebut, lalu Al-Walid
langsung berkomentar: “Ayat itu sangat sedap dan indah, sangat tinggi
mengandung faedah dan sangat rendah mengandung hal-hal yang banyak, itu
bukanlah ucapan manusia, keadaan ayat itu lebih sempurna dan lengkap yang
dipakai oleh para khatib dalam khutbahnya”.
B. Tafsir Ibnu
Katsir An-Nahl
Ayat 90.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4
öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
Artinya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."(QS. An-Nahl:
90).
Ayat
ini termasuk ayat yang sangat luas dalam pengertiannya. Banyak diriwayatkan
hadis-hadis Rasul tentang keutamaannya di antaranya sabda Rasul:
وأجمع آية في كتاب الله للخير والشر الأية التي فى النحل إن
الله يأمر بالعدل ولأحسان
Artinya:
Dan ayat yang paling luas lingkupnya dalam Alquran tentang kebaikan dan kejahatan ialah ayat dalam surah An Nahl (yang artinya): "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebaikan" (H.R Bukhari dan Ibnu Jarir dari Ibnu Mas'ud)
Dan ayat yang paling luas lingkupnya dalam Alquran tentang kebaikan dan kejahatan ialah ayat dalam surah An Nahl (yang artinya): "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebaikan" (H.R Bukhari dan Ibnu Jarir dari Ibnu Mas'ud)
Diriwayatkan
oleh Ikrimah bahwasanya Nabi Muhammad saw membacakan kepada Al Walid:
"Ulang kembali hai saudaraku", kata beliau maka Rasul saw mengulang
kembali membaca ayat itu. lalu Al Walid berkata: "Demi Allah sungguh
Alquran ini memiliki kelezatan dan keindahan, di atasnya berbuah di bawahnya
berakar, dan bukanlah dia kata-kata manusia. (H.R Ibnu Jarir) Seorang
sahabat pada mulanya kurang senang kepada Rasul saw. Sewaktu dibicarakan
kepadanya ayat ini oleh Rasul saw maka iman dalam jiwanya menjadi teguh dan dia
menjadi kasih kepada Nabi saw. (H.R Imam Ahmad)
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan berbuat adil dalam melaksanakan isi Alquran yang menjelaskan segala aspek kehidupan manusia, serta berbuat ihsan (keutamaan). Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban mereka. Hak asasi mereka tidaklah boleh dikurangi disebabkan adanya kewajiban atas mereka.
Kezaliman lawan dari keadilan wajib dijauhi. Hak setiap orang harus diberikan sebagaimana mestinya. Kebahagiaan barulah dirasakan oleh manusia bilamana hak-hak mereka dijamin dalam masyarakat, hak setiap orang dihargai, dan golongan yang kuat mengayomi yang lemah. Penyimpangan dari keadilan adalah penyimpangan dari Sunah Allah menciptakan alam ini dan hal ini tentulah akan menimbulkan kekacauan dan keguncangan dalam masyarakat manusia seperti putusnya hubungan cinta kasih sesama manusia, tertanamnya dalam hati manusia rasa dendam, kebencian, iri, dengki dan sebagainya. Semua ini akan menimbulkan permusuhan yang menuju kehancuran. Oleh karena itu agama Islam menegakkan dasar-dasar keadilan untuk memelihara kelangsungan hidup masyarakat manusia itu.
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan berbuat adil dalam melaksanakan isi Alquran yang menjelaskan segala aspek kehidupan manusia, serta berbuat ihsan (keutamaan). Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban mereka. Hak asasi mereka tidaklah boleh dikurangi disebabkan adanya kewajiban atas mereka.
Kezaliman lawan dari keadilan wajib dijauhi. Hak setiap orang harus diberikan sebagaimana mestinya. Kebahagiaan barulah dirasakan oleh manusia bilamana hak-hak mereka dijamin dalam masyarakat, hak setiap orang dihargai, dan golongan yang kuat mengayomi yang lemah. Penyimpangan dari keadilan adalah penyimpangan dari Sunah Allah menciptakan alam ini dan hal ini tentulah akan menimbulkan kekacauan dan keguncangan dalam masyarakat manusia seperti putusnya hubungan cinta kasih sesama manusia, tertanamnya dalam hati manusia rasa dendam, kebencian, iri, dengki dan sebagainya. Semua ini akan menimbulkan permusuhan yang menuju kehancuran. Oleh karena itu agama Islam menegakkan dasar-dasar keadilan untuk memelihara kelangsungan hidup masyarakat manusia itu.
Dalam
Alquran banyak didapat ayat-ayat yang turun di Mekah maupun di Madinah,
memerintahkan manusia berbuat adil dan melarang kelaliman. Firman Allah
SWT:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. úüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà ÅÝó¡É)ø9$$Î/ (
wur öNà6¨ZtBÌôft ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã wr& (#qä9Ï÷ès? 4
(#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)G=Ï9 (
(#qà)¨?$#ur ©!$# 4
cÎ) ©!$# 7Î6yz $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S Al Ma'idah: 8)
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S Al Ma'idah: 8)
Allah
SWT menetapkan keadilan sebagai dasar umum bagi kehidupan masyarakat untuk
setiap bangsa dan masa, untuk setiap umat pada segala zaman. Keadilan merupakan
tujuan dan pengutusan Rasul-rasul ke dunia dan tujuan dari syariat dan hukum
yang diturunkan bersama mereka. Firman Allah SWT:
ôs)s9 $uZù=yör& $oYn=ßâ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ $uZø9tRr&ur ÞOßgyètB |=»tGÅ3ø9$# c#uÏJø9$#ur tPqà)uÏ9 â¨$¨Y9$# ÅÝó¡É)ø9$$Î/ (
$uZø9tRr&ur yÏptø:$# ÏmÏù Ó¨ù't/ ÓÏx© ßìÏÿ»oYtBur Ĩ$¨Z=Ï9 zNn=÷èuÏ9ur ª!$# `tB ¼çnçÝÇZt ¼ã&s#ßâur Í=øtóø9$$Î/ 4
¨bÎ) ©!$# ;Èqs% ÖÌtã ÇËÎÈ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan Rasul-rasul Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Q.S Al Hadid: 25)
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan Rasul-rasul Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Q.S Al Hadid: 25)
Menurut
Muhammad Syaltut, Allah SWT menyebutkan besi dalam rangkaian pembinaan
keadilan, mengandung isyarat yang kuat dan jelas bahwa pembinaan dan
pelaksanaan keadilan adalah ketentuan Ilahi yang wajib dikerjakan, dan
pelaksana-pelaksananya dapat mempergunakan kekuatan yang dibenarkan Tuhan
dengan peralatan besi (senjata) yang punya daya yang dahsyat. Adapun
macam-macam keadilan yang dikemukakan oleh Islam sebagai berikut:
Pertama: Keadilan dalam
kepercayaan. Menurut Alquran kepercayaan syirik itu suatu kelaliman. Firman
Allah SWT:
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya:
"Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". (Q.S Luqman: 13)
"Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". (Q.S Luqman: 13)
Mengesakan
Tuhan adalah suatu keadilan, sebab hanya Dia sendiri yang menjadi sumber hidup
dan kehidupan. Dia memberi nikmat lahiriyah dan batiniyah. Maka segala ibadah,
syukur dan pujian hanyalah teruntuk kepada Allah SWT sendiri. Mengarahkan
ibadah dan pujian kepada selain Allah adalah perbuatan yang tidak adil atau
suatu kelaliman. Hak manusia mendapatkan rahmat dan nikmat dari Allah, maka
kewajiban manusia seharusnya meng Esakan Allah dalam iktikad dan ibadah.
Kedua: Keadilan dalam
hidup rumah tangga. Rumah tangga merupakan masyarakat. Bilamana rumah
tangga sejahtera masyarakatpun akan sejahtera dan negara akan kuat. Dari rumah
tangga yang baik, lahir individu-individu anak yang baik pula karena demikian
itu, Islam menetapkan peraturan-peraturan dalam pembinaan rumah tangga yang
cukup luas dan sempurna. Keadilan tidak hanya mendasari ketentuan-ketentuan
formal yang menyangkut hak kewajiban suami istri, tetapi juga keadilan
mendasari hubungan kasih sayang dengan istri.
Dalam hal yang khusus seseorang diperbolehkan beristri lebih dari satu. Akan tetapi kebolehan itu dengan persyaratan adanya keadilan dalam hubungan dengan istri-istri.
Firman Allah SWT:
Dalam hal yang khusus seseorang diperbolehkan beristri lebih dari satu. Akan tetapi kebolehan itu dengan persyaratan adanya keadilan dalam hubungan dengan istri-istri.
Firman Allah SWT:
÷bÎ*sù óOçFøÿÅz wr& (#qä9Ï÷ès? ¸oyÏnºuqsù ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNä3ãY»yJ÷r& 4 y7Ï9ºs #oT÷r& wr& (#qä9qãès? ÇÌÈ
Artinya:
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S An Nisa': 3)
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S An Nisa': 3)
Jika
keadilan tersebut tidak dapat ditegakkan sehingga menimbulkan keresahan dan
penderitaan, maka kebolehan beristri lebih dari satu tidak berlaku lagi.
Ketiga: Keadilan dalam
perjanjian. Dalam memenuhi kebutuhan hidup orang-orang ataupun suatu
bangsa, pastilah dia memerlukan bantuan orang lain. Tolong menolong, bantu
membantu sesama manusia dalam usaha mencapai kebutuhan masing-masing merupakan
ciri kehidupan kemanusiaan. Agama Islam memberikan tuntunan dalam
menyelenggarakan hidup tolong-menolong itu. Umpama dalam soal muamalah, seperti
utang piutang, jual beli, sewa menyewa dan sebagainya, dengan suatu perjanjian.
Pada
persaksian yang banyak terjadi dalam perjanjian-perjanjian Islam menetapkan
pula adanya keadilan, Keadilan dalam persaksian ialah melaksanakannya secara
jujur isi kesaksian itu tanpa penyelewengan dan pemalsuan. Firman Allah
SWT:
wur (#qßJçGõ3s? noy»yg¤±9$# 4 `tBur $ygôJçGò6t ÿ¼çm¯RÎ*sù ÖNÏO#uä ¼çmç6ù=s% 3 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÒOÎ=tæ ÇËÑÌÈ
Artinya:
Janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya.
(Q.S Al Baqarah: 283)
Janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya.
(Q.S Al Baqarah: 283)
Firman Allah SWT:
* $pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. tûüÏBº§qs% ÅÝó¡É)ø9$$Î/ uä!#ypkà ¬! öqs9ur #n?tã öNä3Å¡àÿRr& Írr& ÈûøïyÏ9ºuqø9$# tûüÎ/tø%F{$#ur
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu". (Q.S An Nisa': 135)
"Hai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu". (Q.S An Nisa': 135)
Keempat: Keadilan dalam hukum. Dalam Islam semua
manusia sama di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan orang kulit putih dan orang
kulit hitam, antara anak raja dengan anak rakyat, semua sama dalam perlakuan
hukum. Melaksanakan keadilan hukum dipandang oleh Islam sebagai melaksanakan
amanat. Firman Allah SWT:
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4
¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3
¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. (Q.S An Nisa': 58)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. (Q.S An Nisa': 58)
Demikian beberapa macam keadilan yang ditulis
dan jelas diperintahkan oleh Islam. Di samping berbuat keadilan Allah SWT
memerintahkan pula ihsan yang berarti keutamaan seperti membalas kebaikan orang
lain dengan kebaikan yang lebih baik/besar atau memaafkan orang
lain. Tingkat keutamaan (al ihsan) yang tertinggi ialah berbuat kebaikan
terhadap orang yang bersalah. Diriwayatkan bahwa Isa as pernah berkata:
"Sesungguhnya keutamaan itu ialah kamu berbuat baik kepada orang yang
bersalah terhadapmu". Bukanlah keutamaan bila kamu berbuat baik kepada
orang yang telah berbuat baik kepadamu. Nabi Muhammad saw menerangkan
tentang ihsan, sabdanya:
الأحسان أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Artinya:
Keutamaan itu ialah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya, karena meskipun kamu tidak melihatnya, tapi Dia melihatmu". (H.R Bukhari dari Abu Hurairah)
Keutamaan itu ialah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya, karena meskipun kamu tidak melihatnya, tapi Dia melihatmu". (H.R Bukhari dari Abu Hurairah)
Allah SWT memerintahkan pula dalam ayat ini
untuk memberikan sedekah kepada kerabat untuk kebutuhan mereka. Bersedekah
kepada kerabat sebenarnya sudah termasuk dalam pengakuan berbuat adil dan
keutamaan (ihsan). Namun disebutkan secara khusus untuk memberikan pengertian
bahwa urusan memberikan bantuan pertolongan kepada kerabat hendaklah
diperhatikan dan diutamakan. Sesudah menerangkan ketiga perkara yang
diperintahkan kepada umat manusia, Allah SWT meneruskan dengan menerangkan tiga
perkara lagi yang harus ditinggalkan. Pertama: Melarang berbuat
keji (Fahisyah). Yaitu perbuatan-perbuatan yang didasarkan pada pemuasan hawa
nafsu seperti zina, minuman minuman yang memabukkan, mencuri. Kedua:
Melarang berbuat mungkar yaitu perbuatan yang buruk yang berlawanan dengan
pikiran yang waras, seperti membunuh, merampas hak orang lain. Ketiga:
Melarang permusuhan seperti sewenang-wenang terhadap orang lain.
Demikianlah dalam ayat ini. Allah SWT memerintahkan kepada tiga perkara yang harus dikerjakan, berbuat adil, ihsan dan mengeratkan kekerabatan. Dan melarang tiga perkara yaitu: Berbuat keji, mungkar, dan permusuhan. Kesemuanya itu merupakan pengajaran kepada manusia yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sewajarnya manusia itu mengamalkannya.
Demikianlah dalam ayat ini. Allah SWT memerintahkan kepada tiga perkara yang harus dikerjakan, berbuat adil, ihsan dan mengeratkan kekerabatan. Dan melarang tiga perkara yaitu: Berbuat keji, mungkar, dan permusuhan. Kesemuanya itu merupakan pengajaran kepada manusia yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sewajarnya manusia itu mengamalkannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa moral manusia adalah kebiasaan
entah itu yang baik atau buruk, sikaf yang bagus atau jelek Maupun
sifat. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi
manusia. Derajat kepribadian seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang
dimilikinya. Makna moral terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin
dari sikap dan tingkah lakunya. Untuk mengukur moralitas seseorang adalah
sejauh mana individu mampu untuk menahan godaan untuk melanggar norma moral
karna jika seseorang itu bisa menahan godaan untuk melanggar sesuatu maka dia
adalah orang yang bermoral. Islam juga mengajarkan bahwa allah mengilhamkan
jalan kefasikan dan ketakwaan. Jadi sangat penting bagi kita bermoral yang
baik.
Didalam
Al-Qur’an pun di jelaskan mengenai moral yaitu allah menyuruh kita untuk
berlaku adil baik itu dalam perkataan maupun perbuatan karna perbuatan dan
perkatan yang baik akan mencerminkan kepribadian/moral kita. Dan berbuat
kebaikan dengan menunaikan fardu-fardu dengan sempurna yaitu
beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada para hamba-Nya
ialah dengan memaafkan segala kesalahan yang mereka lakukan. Memberikan bantuan
/ sedekah kepada kaum kerabat. Ini lebih diutamakan daripada bersedekah kepada
orang lain karena sedekah kepada kaum kerabat merupakan sarana untuk mempererat
hubungan persaudaraan. Tetapi akan lebih baik lagi jika diberikan kepada
kerabat dan orang-orang yang membutuhkan. dan Allah melarang dari
perbuatan keji yakni zina dan kemungkaran yaitu berupa perbuatan kekafiran dan
kemaksiatan dan permusuhan) menganiaya orang lain.Karena tindakan
penganiayaan terhadap manusia merupakan maksiat yang paling besar setelah
kufur. “Siksaan (azab) yang paling cepat diterima seseorang akibat berbuat
maksiat ialah siksaan (azab) akibat melakukan tindakan penganiayaan terhadap
manusia. Mudah-mudahan kita mendapat pelajaran dari itu semua.
B. Saran
Kepada para pembaca, penulis
menyadari banyaknya kekurangan dari penulisan makalah ini, oleh karena itu
disarankan kepada seluruh pembaca, supaya mencari dan dan membaca
referensi-referensi lain yang terkait dengan materi yang berkaitan dengan
tafsir ayat-ayat hubungan antar agama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahali dan Al-Suyuti. 1987. Tafsir Jalalain. Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Anwar, K.H.
Muhammad. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah Dan ‘Imrithy.
Penerbit: Sinar Baru algensindo Bandung.
Katsir,
Ibnu (1987) Tafsir al-Qur`an al-`Adhim, Juz IV Beirut : Dar al-Kutub
al-Ilmiyyah.
Syarkun Syuhada’. Menimba
Ilmu Nahwu Dalam Al-Jurumiyyah Tebu Ireng. Pustaka Syarkun Jakarta.
Shihab,
Quraish (2000) Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an. Jakarta : Lentera Hati.
http://ikhsanu.blogspot.com/2010/05/makalah-moralitas.html#ixzz2E8aGZ7hf diakses
pada 05 April 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar