PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Perihal
mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik
untuk didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan
berkembang, tepatnya pasca Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul
karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Berbicara
masalah pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur Rasulullah
SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara. Rasulullah
merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin karena dalam
diri beliau hanya ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Hal ini sejalan dengan
firman Allah dalam Al-Qur’an:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9
Îû ÉAqßu «!$#
îouqóé&
×puZ|¡ym
`yJÏj9
tb%x. (#qã_öt ©!$#
tPöquø9$#ur
tÅzFy$#
tx.sur
©!$#
#ZÏVx.
ÇËÊÈ
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21).
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang cara memimpinya beracuan Al-Quran
dan Hadist sebagai sumber hukum utama ajaran Islam. Tidak semata-mata membuat
aturan sendiri yang menyimpang dari ajaran Islam. Banyak sekali orang yang
kurang tahu tentang kriteria pemimpin menurut pandangan Islam dan cara memimpin
dalam Islam. Keaadaan ini sangat mengkhawatirkan, melihat banyaknya perilaku
masyarakat yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dalam Islam. Salah satu
penyebab dari kekacauan yang akhir-akhir ini terjadi adalah peran pemimpin yang
kurang mampu membawa masyarakat kearah yang lebih baik.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian
Pemimpin dan kepepimpinan?
1.2.2. Apa Pengertian dan
term-term pemimpin dalam Islam?
1.2.3. Apa dasar-dasar
kepemimpinan dalam Islam?
1.2.4. Bagaimana
karakteristik pemimpin ideal dalam perspektif Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMIMPINAN
IDEAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
2.1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership)
adalah proses mempengaruhi yang dilakukah oleh seseorang terhadap orang lain
untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan atau sasaran bersama yang telah
ditetapkan.(Maryanto dkk,2008:73).
Berdasarkan pengertian kepemimpinan
di atas, pemimpin dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki pengaruh
terhadap individu lain dalam sebuah system untuk mencapai tujuan bersama.
2.2. Pengertian dan term-term pemimpin
dalam Islam
Dalam
Islam terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk membahasakan istlah
pemimpin, diantaranya sebagai berkut :
a. Kholifah
Dilihat dari segi bahasa, term khalifah akar katanya terdiri dari
tiga huruf yaitu kha`, lam dan fa. Menurut Prof.Dr.H. Mahmud Yunus (1989:120)
kata kholifah adalah bentuk isim fail dari bentuk madly kholafa yang
bentuk jamaknya adalah khulafaa’.
Pengertian mengganti di sini dapat merujuk kepada pergantian generasi ataupun pergantian kedudukan kepemimpinan. Tetapi ada satu hal yang perlu dicermati bahwa konsep yang ada pada kata kerja khalafa disamping bermakna pergantian generasi dan pergantian kedudukan kepemimpinan, juga berkonotasi fungsional artinya seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi mengemban fungsi dan tugas-tugas tertentu.
Pengertian mengganti di sini dapat merujuk kepada pergantian generasi ataupun pergantian kedudukan kepemimpinan. Tetapi ada satu hal yang perlu dicermati bahwa konsep yang ada pada kata kerja khalafa disamping bermakna pergantian generasi dan pergantian kedudukan kepemimpinan, juga berkonotasi fungsional artinya seseorang yang diangkat sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi mengemban fungsi dan tugas-tugas tertentu.
Dalam Al-Qur’an kata kholifah diulang beberapa kali dalam arti yang
sama yaitu pemimpin, diantaranya yang sering digunakan adalah sebagaimana yang
disebutkan dalam surat Al-Baqoroh ayat 30.
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Artinya :
Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."( Al-Baqoroh ayat 30).
Dalam ayat lain Allah mempertegas
bahwa makhluk yang diperankan sebagai
kholifah oleh Alloh adalah manusia. Hal ini dapat ditemukan dalam surat
Al-Hijr ayat 26-29.
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*uHxq 5bqãZó¡¨B ÇËÏÈ ¨b!$pgø:$#ur çm»uZø)n=yz `ÏB ã@ö6s% `ÏB Í$¯R ÏQqßJ¡¡9$# ÇËÐÈ øÎ)ur tA$s% y7/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) 7,Î=»yz #\t±o0 `ÏiB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*yJym 5bqãZó¡¨B ÇËÑÈ #sÎ*sù ¼çmçF÷§qy àM÷xÿtRur ÏmÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
Artinya :
Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam)
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan
Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk, Maka apabila aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud (Q.S. Al-Hijr
ayat 26-29).
Atas dasar ini, ayat
diatas memberikan pengertian bahwa manusia dalam hal ini adalah Adam ditetapkan
Tuhan sebagai kholifah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ayat
diatas berkenaan dengan aspek fungsional manusia. Dari pengertian kata kholifah
seperti yang akan dijelaskan, diketahui bahwa istilah tersebut relevan dengan
istilah basyar. Hal ini disebabkan bahwa karena kedua istilah, masing-masing
mempunyai makna tanggung jawab.(Salim,2002:88).
b. Amiir (Ulul Amr)
Dilihat dari akar katanya, term al-Amr terdiri dari tiga huruf
hamzah, mim dan ra. Menurut Prof.Dr.H. Mahmud Yunus (1989:48), kata amiir
yang berarti pemimpin atau raja adalah bentuk isim fail dari madly amaro
yang berarti memerintah.
Al-Qur’annjuga menegaskan pengertian yang sama dalam hal ini,
sebagaimana difirmankan dalam surat An-Nisa:59
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#þqãYtB#uä
(#qãèÏÛr&
©!$#
(#qãèÏÛr&ur
tAqߧ9$#
Í<'ré&ur
ÍöDF{$#
óOä3ZÏB
(
bÎ*sù
÷Läêôãt»uZs?
Îû
&äóÓx«
çnrãsù
n<Î)
«!$#
ÉAqߧ9$#ur
bÎ)
÷LäêYä.
tbqãZÏB÷sè?
«!$$Î/
ÏQöquø9$#ur
ÌÅzFy$#
4
y7Ï9ºs
×öyz
ß`|¡ômr&ur
¸xÍrù's?
ÇÎÒÈ
Artinya
:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisa:59).
Berdasarkan
ayat diatas dapat dipahami bahwa pemimpin adalah sesorang yang memiliki hak
atau wewenang untuk memerintah atas dasar ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya.
Sehingga ketaatan kepada seorang pemimpin harus ditarik garis lurus selama
masih sejalan dengan perintah Allah dan Rosul-Nya.
c.
Imam (imaamah)
Menurut
Prof.Dr.H. Mahmud Yunus (1989:48), kata Imam berarti imam,ikutan, atau
panutan, sedangkan imaamah berarti keimaman atau kekepalaan, yang
semakna juga dengan kata imaaroh (amaro) yang berati keamiran,
kekerajaan, atau pemerintahan.
Kata imam dalam kepemimpinan
Islam lebih spesifik terhadap aspek keteladanan, artinya seorang Imam adalah seorang
figur yang mampu menjadi panutan dan memberi keteladanan (uswatun khasanah)
bagi rakyatnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isro ayat 17.
tPöqt (#qããôtR ¨@à2 ¤¨$tRé& ÷LÏiÏJ»tBÎ*Î/ ( ô`yJsù uÎAré& ¼çmt7»tFÅ2 ¾ÏmÏYÏJuÎ/ Í´¯»s9'ré'sù tbrâätø)t óOßgt7»tGÅ2 wur tbqßJn=ôàã WxÏFsù ÇÐÊÈ
Arinya :
“ (ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami
panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab
amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan
mereka tidak dianiaya sedikitpun”. (Q.S. Al-Isro :71).
2.3. Dasar-dasar kepemimpinan dalam
Islam
2.3.1. Dasar
Al-Qur’an
a.
Q.S.
Al-Baqoroh :30
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Artinya
:
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
b.
Q.S. Al-Fatir :39
uqèd Ï%©!$# ö/ä3n=yèy_ y#Í´¯»n=yz Îû ÇÚöF{$# 4 `yJsù txÿx. Ïmøn=yèsù ¼çnãøÿä. ( wur ßÌt tûïÍÏÿ»s3ø9$# öNèdãøÿä. yZÏã öNÍkÍh5u wÎ) $\Fø)tB ( wur ßÌt tûïÍÏÿ»s3ø9$# óOèdãøÿä. wÎ) #Y$|¡yz ÇÌÒÈ
Artinya
:
Dia-lah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat)
kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka.
c.
Q.S.
Al-Baqoroh :124
* ÏÎ)ur #n?tFö/$# zO¿Ïdºtö/Î) ¼çm/u ;M»uKÎ=s3Î/ £`ßg£Js?r'sù ( tA$s% ÎoTÎ) y7è=Ïæ%y` Ĩ$¨Y=Ï9 $YB$tBÎ) ( tA$s% `ÏBur ÓÉLÍhè ( tA$s% w ãA$uZt Ïôgtã tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÊËÍÈ
Artinya
:
beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku
akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan
saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini)
tidak mengenai orang yang zalim"
d.
Q.S. Al-An’am :
165
uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3Ò÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uy öNä.uqè=ö7uÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7/u ßìÎ| É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ
Artinya
:
Dan Dia lah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
2.3.2.
Hadist Rosul
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ فَالإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ،
Artinya:
“Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap
pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”(hakim,1927:40).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ
فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ
نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ
اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ
يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau
bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang
tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, Pemuda yang
senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya senantiasa
digantungkan (dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling mencintai karena
Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang
ketika diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia
menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang yang mengeluarkan
sedekah sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di
tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.”(Al-Utaibiy:188).
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عَلَى الْمَرْءِ
الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ
بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ
Artinya :
Dari Ibn Umar ra., dari Nabi Saw., sesungguhnya bliau
bersabda : “Seorang Muslim wajib mendengar dan taat terhadap perintah yang
disukai maupun tidak disukainya. Kecuali bila diperintahkan mengerjakan
kemaksiatan, maka ia tidak wajib mendengar dan taat”(Al-Utaibiy:285).
حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ
فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ
أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى
يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ
الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Artinya :
Dari Abdurrahman ibn Smurah ra. Ia berkata :
Rasulullah bersabda :”Wahai Abdurrahman Ibn sammurah, janganlah kamu meminta
jabatan. Apabila kamu diberi dan tidak memintanya, kamu akan mendapat
pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan jika kau diberi jabatan karena
memintanya, jabatan itu diserahkan sepenuhnya. Apabila kamu bersumpah terhadap
satu perbuatan, kemudian kamu melihat ada perbuatan yang lebih baik, maka
kerjakanlah perbuatan yang lebih baik itu.”(Al-Utaibiy:281).
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ
دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلَانِ
مِنْ بَنِي عَمِّي فَقَالَ أَحَدُ الرَّجُلَيْنِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِّرْنَا
عَلَى بَعْضِ مَا وَلَّاكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالَ الْآخَرُ مِثْلَ ذَلِكَ
فَقَالَ إِنَّا وَاللَّهِ لَا نُوَلِّي عَلَى هَذَا الْعَمَلِ أَحَدًا سَأَلَهُ
وَلَا أَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ
Artinya:
Dari Abu Musa al-Asy’ari ra., ia berkata: bersama dua
orang saudara sepupu, saya mendatangi Nabi Saw. kemudian salah satu diantara
keduanya berkata: Wahai Rasulullah, berilah kami jabatan pada sebagian dari yang
telah Allah kuasakan terhadapmu. Dan yang lain juga berkata begitu. Lalu beliau
bersabda: Demi Allah, aku tidak akan mengangkat pejabat karena memintanya, atau
berambisi dengan jabatan itu. ”(Al-Utaibiy:275).
2.4. Karakteristik Pemimpin Ideal dalam Perspektif Islam
Islam adalah agama yang kaafah (sempurna), yang
diturunkan Allah melalui perantara Rosul-Nya yang amanah dengan membawa
syari’at yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan
dengan Allah Swt (Hablum minallah) maupun hubungan dengan manusia
(Hablumminannas), termasuk di antaranya yang paling prinsip adalah masalah
kepemimpinan.
Masalah kepemimpinan di kalangan umat Islam mulai
ramai dibicarakan sejak sepeninggal Rosulullah saw. Diugkapkan oleh Abdurrahman
Asy Syarqowi (2010:92) bahwa sepeninggal Rosululah terjadi kekosongan
pemimpinan. Terjadi beberapa gesekan bagi mereka yang masih hidup seperti
halnya udara yang masuk dari ruang kosong yang saling bertabrakan. hingga
akhirnya disepakati Abu Bakar sebagai kholifah pertama.
Islam sendiri, banyak memberi gambaran tentang sosok
pemimpin yang benar-benar layak memimpin umat menuju kemaslahatan, baik dari
Al-Qur’an, Hadist, maupun keteladanan Rosul dan para sahabat. sebagai sosok
pemimpin ideal bagi umat Islam, Rosulullah saw. memiliki beberapa kriteria yang
dapat ditentukan dalam hal memilih seorang pemimpin antara lain:
a.
Shidiq (Jujur)
Kejujuran
adalah lawan dari dusta dan ia memiliki arti kecocokan sesuatu sebagaimana
dengan fakta. Nabi Muhammad saw. sebagai utusan terpercaya Allah jelas tidak
dapat lagi diragukan kejujurannya, kerena apa yang beliau sampaikan adalah
petunjuk (wahyu) Allah yang bertitik pada kebenaran yaitu ridlo Allah.
Sebagaimana difirmankan dalam QS. An-Najm:3-4.
$tBur ß,ÏÜZt Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd wÎ) ÖÓórur 4Óyrqã ÇÍÈ
Artinya:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan
hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).”(QS. An-Najm:3-4).
b.
Amanah/Terpercaya
Sebelum diangkat
menjadi rasul, nabi Muhammad SAW bahkan telah diberi gelar Al-Amien
yang artinya orang yang dapat dipercaya. Hal ini
tentunya karena beliau adalah pribadi yang benar- banar dapat dipercaya
dikalangan kaumnya. Sperti yang telah dijelaskan oleh Eaton (2006:175). Pada
tahun 605 dewan pemerintah Quraisy memutuskan untuk merenovasi ka’bah, pada
saat pemindahan hajar aswad terjadi sengketa antara bbeberapa klan (bani),
ketidak sepakatan ini muncul karena masing-masing mereka berebut untuk
memperoleh kehormatan memindahkan hajar aswad pada tempatnya. Diputuskan bahwa
orang pertama yang masuk lapangan (segi empat ka’bah) lewat satu pintu tertentu
hendaknya diminta bertindak sebagai juru damai, dan orang pertama yang adalah
Muhammad. Ia mengatakan kepada penduduk untuk menghamparkan sebuah jubah besar,
menempatkan batu itu diatasnya dan memanggil wakil tiap klan untuk bersama-sama
mengangkatnya dalam posisi, kemudian ia sendiri meletakkan batu itu
ketempatnya.
Allah
mengisyaratkan dengan tegas untuk mengangkat “pelayan rakyat” yang kuat &
dapat dipercaya dalam surat Al-Qoshos ayat 26.
ôMs9$s% $yJßg1y÷nÎ)
ÏMt/r'¯»t
çnöÉfø«tGó$#
( cÎ)
uöyz
Ç`tB
|Nöyfø«tGó$#
Èqs)ø9$#
ßûüÏBF{$# ÇËÏÈ
Artinya :
Salah
seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya".( Q.S.Al-Qoshos:26).
Amanah
merupakan kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki sifat
amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah
dibebankan sebagai amanah mulia di atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat
berupa penyerahan segala macam urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan baik
dan untuk kemaslahatan bersama.
c.
Tablig
(Komunikatif)
Kemampuan
berkomunikasi merupakan potensi dan kualitas prinsip yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Karena dalam kinerjanya mengemban amanat memaslahatkan umat, seorang
pemimpin akan berhadapan dengan kecenderungan masayarakat yang berbeda-beda.
Oleh karena itu komunikasi yang sehat merupakan kunci terjalinnya hubungan yang
baik antara pemimpin dan rakyat.
Allah
berfirman :
$pkr'¯»t z`Ï%©!$# (#qãZtB#uä
(#qç7ÉftGó$#
¬!
ÉAqߧ=Ï9ur
#sÎ) öNä.$tãy $yJÏ9 öNà6Íøtä ( (#þqßJn=ôã$#ur cr&
©!$#
ãAqçts ú÷üt/
ÏäöyJø9$#
¾ÏmÎ7ù=s%ur ÿ¼çm¯Rr&ur
Ïmøs9Î)
crç|³øtéB ÇËÍÈ
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu
yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan.
Salah
satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya menyatakan
kebenaran meskipun konsekuensinya berat. Dalam istilah Arab dikenal ungkapan, “kul
al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau sampaikanlah kebenaran
meskipun pahit rasanya.
d.
Fathonah (cerdas)
Seorang pemimpin
sebagai visioner haruslah orang yang berilmu, berwawasan luas, cerdas, kreatif,
dan memiliki pandangan jauh ke depan. Karena untuk mewujudkan kemaslahatan dan
kemakmuran masyarakat dibutuhkan pemikiran besar dan inovatif serta tindakan
nyata. Kecerdasa (inteleligen) dalam hal ini mencakup segala aspek kecerdasan, baik
kecerdasan emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Cerdas sendiri
dapat diartikan sebagai “kemampuan individu untuk memahami, berinovasi,
memberikan bimbingan yang terarah untuk perilaku, dan kemampuan mawas diri. Ia
merupakan kemampuan individu untuk memahami masalah, mencari solusinya,
mengukur solusi atau mengkritiknya, atau memodifikasinya”.(Al-Hajjaj,2009:20).
Kecerdasan seorang
pemimpin akan sangat mempengaruhi eksistensi kepemimpinannya baik di mata
manusia maupun dimata sang pencipta. Hal ini sebagaimana janji Allah yang
tertuang dalam surat Al-Mujadalah ayat 11.
Æìsùöt. . . ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4
ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya
:
“...Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.(Q.S. Al-Mujadalah:11).
Selain
aspek-aspek diatas, masih banyak kiteria yang layaknya dimiliki oleh pemimpin
ideal seperti :
a.
Demokratis
Dalam hal ini pemimpin
tidak sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah yang mufakat. Sebab dengan
keterlibatan rakyat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan
memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa
ditanggung bersama-sama.
Pola kepemimpinan yang demokratis dapat
diteladani dari pribadi Abu Bakar As-Shidiq. Hal ini dapat dilirik dari kutipan
Khutbahnya ketika terpilih sebagai kholifah pertama.
"Saudara-saudara,
Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara
kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku
berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan
kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian aku pandang
kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang kuat' diantara
kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak
mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada
yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad, sebab
kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah
kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka
kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk
mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat semoga Allah Swt melimpahkan
Rahmat-Nya kepada kita semua". (Asy-Syarqowi,2010:98).
b.
Keteladanan
(qudwah)
Aspek keteladanan erat hubungannya dengan budi
pekerti (akhlak), dan hal inilah yang diperankan tokoh pemimpin muslim ideal
terdahulu. Rosulullah saw sebagai figur utama pemimpin muslim banyak memberi
siraman tentang nilai-nilai pekerti kepada umatnya, seperti yang ditamankan
kepada seorang pemimpin legendaris mislim yang mengenyam pelajaran kenabian
sejak kecil dari beliau, Ali bin Abi Tholib.
Seperti wasiat nabi kepada Ali yang dikutip
dari buku Abdurrahman Asy Sarqowi (2002:10) “ Wahai Ali, maukah aku tunjukkan
kepadamu akhlak terbaik orang-orang terdahulu orang-orang (yang akan datang)
kemudian?. Ali menjawab, ya, Rosulullah. Rosulullah saw. kembali bersabda engkau
memberi orang yang kikir kepadamu, memaafkan orang yang mendzalimimu, dan
menyambungkan tali silaturrahmi kepada orang yang telah memutuskannya”.
Allah berfirman dalam surat Al-Qolam ayat 4 :
y7¯RÎ)ur 4n?yès9
@,è=äz
5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya
:
Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Q.S. Al-Qolam:4).
c.
Kepeloporan
Seorang sebagai qudwah (panutan) bagi rakyatnya
harus memempatkan dirinya pada garda terdepan (pioneer), yang berarti
kinerjanya tidak hanya bermodal intelektual, retorika yang menjanjikan atau
hanya konsep belaka, tapi juga harus dibuktikan dalam tindakan nyata. Dalam hal
ini Allah swt. Menegaskan dalam surat Az-Zumar ayat 20.
ßNöÏBé&ur ÷bL{ tbqä.r& tA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡ßJø9$# ÇÊËÈ
Artinya :
“Dan
aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri".(Q.S.
Az-Zumar:20).
Para
tokoh pemimpin muslim ideal terdahulu selalu menunjukkan kepeloporannya
dalam memimpin rakyatnya. Sebut saja
K.H. Abdurrahman Wahid (gus dur) tokoh nasionalis yang gigih
memperjuangkan pluralism di Indonesia. Gusdur berada di barisan garda depan
untuk memperkuat pluralism di republic ini. Istimewanya, pluralism yang
dikembangkan gus dur tidak hanya pada tataran pemikiran. Melainkan menjadi sebuah
tindakan social-politik.(Misrawi,2002:X).
d.
Menguasai
pengetahuan Agama (religious).
Allah
mengingatkan kaum muslimin bahwa orang yang paling takut kepada-Nya adalah
ulama’ (orang-orang yang menguasai pengetahuan Agama.
… $yJ¯RÎ)
Óy´øs ©!$#
ô`ÏB
ÍnÏ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$#
3 cÎ)
©!$#
îÍtã îqàÿxî ÇËÑÈ
Artinya
:
“…Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Dari
ayat diatas jelas menunjukkan bahwa seorang pemimpin hendaklah menguasai
pengetahuan tentang agama Allah, karena mereka hanya mengembalikan segala
urusan kepada Allah dan Rosul-Nya tidak semata-mata atas dasar keinginan
dirinya sendiri.
Imam
ghozali menjelaskan tentang sifat-sifat terpuji ulama’ dalam kitabnya majmu’ah
rosaail yang diterjemahkan oleh Irwan Kurniawan (2010:17) bahwa “ adab seorang
ulama’ antra lain : selayaknya terus mencari dan mengamalkan ilmu, memelihara
ketenangan, meninggalkan sifat takabur dan tidak mengundangnya. Mengasihi
pencari ilmu dan tidak bersegera kepada orang sombong. Menyelesaikan masalah
orang awam dan tidak merasa gengsi untuk mengatakan, “saya tidak tahu.”
Memberikan perhatian serius atas pertanyaan penanya dan tidak berpura-pura.
Memperhatikan dan menerima argument, walaupun itu berupa bantahan.”
e.
Menguasai
managemen (manajerial)
Allah
berfirman dalam surat As-Saff.
¨bÎ)
©!$#
=Ïtä
úïÏ%©!$# cqè=ÏG»s)ã
Îû ¾Ï&Î#Î6y
$yÿ|¹ Oßg¯Rr(x. Ö`»u÷Yç/ ÒÉqß¹ö¨B ÇÍÈ
Artinya
:
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Dari
ayat diatas, dapat dipahami bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan
mengelola dan mengorganisasikan system secara teratur, agar terbangun system
pemerintahan yang kokoh.
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan
(leadership) adalah proses mempengaruhi yang dilakukah oleh seseorang
terhadap orang lain untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan atau sasaran
bersama yang telah ditetapkan.
Pemimpin
adalah individu yang memiliki pengaruh terhadap individu lain dalam sebuah
system untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam
Islam dikenal beberapa term pemimpin antara lain: Kholifah, Amiir (ulul
amr), dan Imam.
Dasar Al-Qur’an tentang kepemimpinan (Q.S.
Al-Baqoroh :30):
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz (
Artinya
:
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Dasar hadist
tentang kepemimpinan :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ فَالإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Ketahuilah
bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas
kepemimpinannya”
Islam adalah agama yang kaafah (sempurna), yang diturunkan
Allah melalui perantara Rosul-Nya yang amanah dengan membawa syari’at yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah
Swt (Hablum minallah) maupun hubungan dengan manusia (Hablumminannas), termasuk
di antaranya yang paling prinsip adalah masalah kepemimpinan.
Sebagai
pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin, Rasulullah dikaruniai empat
sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq berarti jujur
dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga
tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada
rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat.
Selain
aspek-aspek diatas, masih banyak kiteria yang layaknya dimiliki oleh pemimpin
ideal seperti :
a.
Demokratis
b.
Keteladanan (qudwah)
c.
kepeloporan (pioneer)
d.
menguasai pengetahuan agama (religious)
e.
menguasai manajemen (manajerial)
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’a, dan
terjemah.
Al-ghozali.
2010. Risalah Al-Ghozali. Bandung : Pustaka Hidayah.
Al-Hajjaj,Y.A.
2009. Kaifa TushbuhuAktsar Dzakiyan. Solo : al-jadid.
Al-Utaibiy,A.S.
Mutiara pilihan Riyadhus sholikhin. Solo: At-Tibyan.
Asyarqowi,
Abdurrahman. 2010. Abu Bakar Ash Shidiq : Bandung: Syigma Publishing.
Asyarqowi,
Abdurrahman. 2010. Ali bin Abi Tholib : Bandung: Syigma Publishing.
Eaton, Gai. 2006.
Islam dan takdir manusia. Yogyakarta: Suluh press.
Hakim, A.H.
1927. Mabadi Awaliyah. Jakarta :maktabah Saadiyah Putra.
Misrawi,
Zuhaurini. Gus Dur Par Excellence. Jakarta : Kompas.
Salim, A.M.
2002. konsepsi kekuasaan politik dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Yunus,
Mahmud. 1998. Kamus Arab- Indonesia.
Jakarta : Mahmud Yunus wadzuriyyah.