Labels

Sabtu, 08 Juni 2013

KH. Hasyim Asy'ari sosok pemimpin yang juga berperan sebagai guru dan pelayan bagi masyarakat


MENGENAL TOKOH


KH Mohammad Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan beliau kemudian tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng. KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Asyari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. KH Hasyim Asyari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Asyari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Asyari mendapat pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim . Kini, NU pun berkembang makin pesat.
Organisasi ini telah menjadi penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa. Meski sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya. Dengan alasan yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy'ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim , beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh  pesantrennya di Tebuireng. Sesudah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya Kiai Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan.

Sebagai seorang peminpin beliau dikenal sangat tawadu’ dan berdedikasi tinggi. Pernah suatu ketika beliau didatangi beberapa ulama besar untuk turut belajar dan tabarrukan kepada beliau, akhirnya dengan segala kerendahan hati beliau mengizinkan  para ulama tersebut untuk mengikuti pengajian beliau  dengan sayarat para kiyai tidak diperkenenkan mengurus kebutuhan hidupnya sendiri. untuk menyediakan makanan, mencuci pakain, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya biarlah ditangani oleh para santri. Pernah suatu malam terbangunlah salah seorang kiyai dan terkejutlah beliau ketika menyaksikan bahwa KH.Hasyim Asy’ary sendirilah yang memunguti pakaian kotor para kiyai dan mencucinya.
Sungguh sosok pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan rakyat. Pemimpin yang tidak hanya memanfaatkan kedaulatannya untuk diri sendiri dan secara terselubung menindas rakyat, tapi peminpin juga berperan sebagai guru bagi rakyatnya dan manpu memberi pekerti dan suri tauladan yang baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar