








MENGENAL TOKOH
KH Mohammad Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau
menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan beliau kemudian tutup usia
pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng. KH Hasyim
Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai
Asyari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah
selatan Jombang. KH Hasyim Asyari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara.
Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Asyari merupakan keturunan kedelapan
dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Asyari mendapat pendidikan dan nilai-nilai
dasar Islam yang kokoh.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan
tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama,
yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak
anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan
organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari
ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah
sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim . Kini, NU pun berkembang makin pesat.
Organisasi ini telah menjadi penyalur bagi
pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa. Meski sudah menjadi
tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang
paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda
bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar
asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya. Dengan alasan yang tidak
diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy'ari ditangkap. Berkat
bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim , beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan
sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya
karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di Tebuireng. Sesudah Indonesia
merdeka, melalui pidato-pidatonya Kiai Hasyim Asy’ari membakar semangat para
pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan.
Sebagai seorang peminpin beliau dikenal sangat
tawadu’ dan berdedikasi tinggi. Pernah suatu ketika beliau didatangi beberapa
ulama besar untuk turut belajar dan tabarrukan kepada beliau, akhirnya
dengan segala kerendahan hati beliau mengizinkan para ulama tersebut untuk mengikuti pengajian
beliau dengan sayarat para kiyai tidak
diperkenenkan mengurus kebutuhan hidupnya sendiri. untuk menyediakan makanan,
mencuci pakain, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya biarlah ditangani oleh para
santri. Pernah suatu malam terbangunlah salah seorang kiyai dan terkejutlah
beliau ketika menyaksikan bahwa KH.Hasyim Asy’ary sendirilah yang memunguti
pakaian kotor para kiyai dan mencucinya.
Sungguh sosok pemimpin seperti inilah yang
dibutuhkan rakyat. Pemimpin yang tidak hanya memanfaatkan kedaulatannya untuk
diri sendiri dan secara terselubung menindas rakyat, tapi peminpin juga
berperan sebagai guru bagi rakyatnya dan manpu memberi pekerti dan suri
tauladan yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar