MASYARAKAT APATIS DAN EKSISTENSI PENDIDIKAN
MASYARAKAT APATIS DAN EKSISTENSI PENDIDIKAN
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia. Yaitu upaya yang dapat membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Sebab manusia akan menjadi manusia yang sebenarnya jika ia mampu merealisasikan hakikatnya secara total. Jadi, sudah sehrusnya pendidikan sebagai bagian dari masyarakat diberi perhatian lebih, karena hal ini jelas sangat menentukan dalam terbentuknya karakter anak bangsa yang berilmu dan bermoral
Pendidikan merupakan pilar utama untuk membentuk manusia seutuhnya. Menurut Ki Hajar Dwantara manusia utuh dapat terbentuk melalui pendidikan, dan upaya pemeliharaan manusia guna mengembangkan keturunan dari suatu bangsa serta dapat berkembang lahir batin juga melalui pendidikan. Dengan demilian manusia harus dikembangkan jiwa raganya denga menggunakan wahana pendidikan.
Selain itu juga, Pendidikan adalah hal prinsip yang mendukung perkembangan kultur sosial masyarakat, peningkatan stratifikasi masyarakat selalu diiringi oleh meningkatnya mutu pendidikan di lingkungan masyarakat tersebut. hal ini disebabkan karena masyarakat adalah subyek sekaligus obyek dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan mengajarkan bagaimana berfikir maju menyongsong masa depan yang lebih baik, jadi mana mungkin kehidupan masyarakat akan berkembang dan maju tanpa didukung oleh mutu pendidikan yang baik.
Bila kita perhatikan, masih banyak dari masyarakat kita yang mengabaikan dan acuh terhadap pendidikan, khususnya mereka yang tinggalnya di daerah pinggiran. Bagi mereka yang terpenting adalah bekerja dan menghasilkan uang untuk sekedar makan, belajar hanya menghabiskan uang, pendidikan tidak menjamin seseorang untuk kaya, dan masih banyak lagi asumsi masyarakat yang cenderung mematahkan minat mereka untuk membekali anak mereka dengan pendidikan. Maka sangat wajar kalau kehidupan mereka tergolong statis dan monoton.
Secara keseluruhan mereka tidak bisa disalahkan, kerena ini menyangkut asumsi dan cara pandang mereka, hanya saja kalau keadaan seperti ini terus berlangsung dan dibiarkan tentunya akan sangat mengkhawatirkan bagi generasi mereka. Jelas ini menjadi tanggung jawab bersama, karena mereka adalah bagian bangsa ini.
Adapun beberapa faktor yang melatar belakangi masih rendahnya kepedulian sebagian masyarakat kita terhadap pendidikan antara lain:
1. Kurangnya perhatian pemerintah
Keterlibatan pihak pemerintah tentu menjadi alasan terhadap setiap gejala sosial dalam lingkup masyarakat, karena jelas bahwa salah satu tujuan pembangunan Nasional adalah mencerdaskan anak bangsa sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD 1945. Maka, kebijakan-kebiiakan pemerintah dalam meningkatkan integritas anak bangsa adalah hal yang tidak bisa ditolelir, penyelenggaraan fasilitas sekolah gratis saja tidak cukup tanpa diikuti dengan perhatian yang terkontrol secara menyeluruh, seperti memberi penyuluhan (guidance) tehadap masyarakat tentang pentingnya pendidikan, meningkatkan prosfeionalisme guru, meninjau lingkungan belajar siswa, dan sebagainya.
2. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang fungsi dan peran pendidikan.
Sebagaimana yang telah diurai di atas, bahwa sebagian masyarakat kita yang terbelakang masih sering dihantui oleh asumsi-asumsi salah mereka sendiri tentang pendidikan, seperti sekolah itu mahal, sekolah tidak menjamin sukses nantinya, sekolah hanya milik mereka yang pintar, jadi bagi mereka yang terbelakang dikelas serta sulit menerima pelajaran akan lebih memilih alternatif berhenti dari pada melanjutkan belajar. Padahal lebih dari itu, pendidikan adalah Humanisasi yaitu upaya memanusiakan manusia, dimana finisnya adalah kerakter dan perilaku, karena pendidikan lebih dari sekedar pengajaran yang lingkupnya sebatas mengkaji ilmu pengetahuan, meskipun pada hakikatnya pengajaran adalah bagian dari kegiatan pendidikan.
3. Kaum berpendidikan yang berpengaruh relatif sedikit
Tak ayal lagi, bahwa figur adalah sosok yang diidolakan dan menjadi panutan bagi sekitarnya. Karakteristik, sikap, dan perkataannya akan menjadi cermin bagi lingkungannya. Sehingga minimnya kaum berpendidikan yang menjadi figur seperti sarjana, cendikiawan, dan kaum intelektual lainnya akan mengacu masyarakat terhadap sikap apatisme terhadap pendidikan.
Sangat mengkhawatirkan sekali bila masyarakat kita tidak segera diselamatkan dari sikap apatisme mereka terhadap pendidikan, karena hal ini akan menimbulkan dampak yang amat serius bagi pemuda masa depan. Dampak-dampak negatif tersebut antara lain:
1. Lambatnya peningkatan strata sosial masyarakat (statis).
2. Rendahnya moral remaja
3. Meningkatnya tindak kiminal
4. Meningkatnya jumlah pengangguran
5. Maraknya premanisme,dll.
Mengingat betapa pentingnya peran pendidikan terhadap masyarakat bangsa ini, maka menjaga eksistensi pendidikan dan menyadarkan masyarakat dari sikap apatismenya terhadap pendidikan adalah tanggung jawab bersama sekaligus tugas mulia, karena itu berarti membebaskan mereka dari keterjajahan mereka oleh kebodohan. Tentunya bukan hal yang mudah untuk misi besar ini, tapi bukan berarti juga tidak mungkin untuk diupayakan. Diawali niat ikhlas berjuang, tindakan yang bijak, dan konsisten (istiqomah).
Semoga sedikit ulasan ini dapat bermanfaat.
Wallahu a’lam bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar